Senin, 27 Februari 2012

Dialog Reinkarnasi (4)


Tanggapan ini telah 2x saya upload sebagai tanggapan atas Apologetika Kontra Reinkarnasi – Lanjutan yang ditulis oleh Sdr Cornelius di www.luxveritatis7.wordpress.com, namun Sdr Cornelius enggan memuat ataupun menanggapinya.
Sebelum meneruskan bacaan Anda, silahkan baca lebih dahulu Dialog Reinkarnasi (3).

Tanggapan dari Pius M. Sumaktoyo

Kutipan diantara # dan # berasal dari Cornelius.
#1. Ajaran Gereja Tentang Penghakiman Setelah Kematian, Bahwa Manusia akan dihakimi setelah meninggal dan hanya terdapat tiga kondisi bagi jiwa yang dihakimi : Surga, Neraka, atau Api Penyucian.#
Saudara Cornelius,
Saya memahami apa yang anda sampaikan sebagai argumentasi. Saya menilai bahwa dalam alur pikir argumentasi anda, anda berhasil membuktikan bahwa tidak ada reinkarnasi. Tetapi saya juga menilai bahwa argumentasi tersebut dibangun diatas suatu dasar keyakinan bahwa tidak ada reinkarnasi, serta keyakinan akan #absolut dan pasti#-nya kebenaran ajaran Gereja Katolik.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para sumber anda, dan juga Gereja Katolik yang saya hormati, saya ingin mengatakan bahwa “Saya mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan mereka. Dari pengalaman hidup itu, kalau saya mengatakan bahwa tidak ada reinkarnasi berarti saya membohongi diri sendiri.”
Saya akan mengkonstruksi argumentasi saya berdasar pengenalan bahwa ada reinkarnasi, di mana saya akan harus menggeser #absolut dan pasti# anda menjadi “relatif” dalam “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?”
-----
Ini adalah dasar konstruksi saya.
Saya kutip dari sampul depan buku-pertama saya,
KETIKA ANDA PERCAYA YESUS, NAMUN TIDAK MAMPU MENYANGKAL KEBENARAN REINKARNASI, APA YANG ANDA LAKUKAN?
Dan ini adalah kutipan dari tanggapan pertama saya di blog anda,
Haruskah saya meninggalkan Yesus? Saya tidak bisa.
Haruskah saya menyangkal kebenaran reinkarnasi? Saya tidak jujur kepada diri sendiri, dan, pasti saya akan merasa menjalani hidup dengan resah karena memelihara iman yang tidak teruji.
YEREMIA 29:13-14 Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, …. .
Karena tidak ada sesiapapun mampu memberi nasehat perihal dilema iman pribadi saya, satu-satunya cara adalah membuka diri bertanya kepada Tuhan dan menunggu saat “Aku akan memberi kamu menemukan Aku, …..”.
Perkembangan konstruksi saya memunculkan pengertian reinkarnasi yang berikut:
Reinkarnasi adalah kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh TUHAN kepada manusia-jiwa untuk menemukan kesadaran akan jati-dirinya dan menerima kebenaran dan penebusan Kristus.
Kalau anda mensyaratkan bahwa pengertian (atau anda sebut definisi) saya tidak didukung oleh referensi, ya, saya hanya bisa mengatakan bahwa anda benar. Tetapi apakah yang tanpa referensi pasti salah, itulah yang tengah kita diskusikan.
----
Saya jelas berbeda dengan kutipan anda, yang mengatakan bahwa reinkarnasi adalah teori, #Apa itu reinkarnasi? Berikut ini saya kutip definisi reinkarnasi : Teori perpindahan jiwa manusia dari satu tubuh, ...#. Bagi saya reinkarnasi bukan sekedar teori.
-----
Terima kasih anda mengingatkan, #2 Kor 11 : 4 :”Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang”# Saya selalu mengingatnya. Dan, dalam melakukan penulisan saya selalu berdoa “Tuhan jangan biarkan aku menabur ilalang baru.”
----
Ketika saya dalam proses membuka diri bagi kebenaran reinkarnasi, 1984 – 1994, saya mengembangkan hipotesis iman, yaitu “Karena Yesus adalah TUHAN, Dia mengetahui semua. Karena reinkarnasi adalah kebenaran, pasti Yesus juga ada mengajar tentang reinkarnasi”.
Ini adalah kutipan dari buku-pertama saya,
... Selanjutnya lebih dari itu, saya serahkan pencarian bukti tertulis kebenaran pemikiran SK (Skema Kesempatan) kepada para pustakawan Gereja, yang pada mereka ada terdapat pustaka lebih lengkap di luar apa yang sudah dikodifikasi dalam Alkitab. …...
-----
Perkembangan lanjut, Awal tahun 2000 saya menerima fotocopy The Secret Teachings of Jesus (yang terkubur dan baru ditemukan tahun 1945). November 2000 saya selesai menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia (dan memperlakukannya sebagai rahasia). Dari itu, menanggapi anda terkait dengan Injil Thomas perkataan 114, jawaban saya adalah “Ya, saya tahu.” saya tahu adanya ayat tersebut, tetapi saya tidak memandangnya sebagai perkataan sesat. Bagaimana kalau anda membaca perkataan,
(7) Yesus berkata, "Diberkatilah singa yang dimakan manusia, sehingga singa menjadi manusia. Dikutuklah manusia yang dimakan singa, sehingga singa menjadi manusia."
Tentang usia Injil Thomas, saya kutipkan,
There's the Gospel of Peter and the Gospel of Thomas, each of which may go back to a very early tradition. There's the Q document; the source, the saying source that underlies the gospels of Matthew and Luke. It's now lost but obviously it was known at one time, and it, too, is very early, probably dating as early as the 50's of the first century.
L. Michael White; Professor of Classics and Director of the Religious Studies Program University of Texas at Austin
Read more: http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/religion/story/emergence.html#ixzz1l8kqJEJo
----
Bagi saya, The Secret Teachings of Jesus adalah pemenuhan janji TUHAN dalam YEREMIA 29:13-14. Buku-kedua adalah pertanggungjawaban saya (yang mungkin bisa dianggap sebagai kontra-penilaian terhadap The Secret Teachings of Jesus sebagai ajaran sesat).
Saya tidak menciptakan The Secret Teachings of Jesus. Saya mengangkatnya sebagai acuan kebenaran bahwa Tuhan Yesus pernah mengajar tentang reinkarnasi. Belasan tahun saya menunggu terpenuhinya YER 29:13-14 serta bukti kebenaran “hipotesis iman saya” sambil mencukupkan diri dengan MAT 11:14-15 (Yohanes Pembaptis adalah Elia)..
Kalaupun anda tetap memaksakan penilaian bahwa The Secret Teachings of Jesus sesat, kita lihat nanti dalam “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?”.
-----
#Namun sejak masa Gereja perdana, tidak ada umat kristen yang mengakui reinkarnasi seperti yang anda katakan. Apa yang anda kemukakan tentang reinkarnasi tidak memiliki dasar biblis dan tradisi. Apabila reinkarnasi seperti yang anda katakan itu memang kebenaran, maka Roh Kudus telah membiarkan umat-Nya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Tapi apakah mungkin Roh Kudus membiarkan hal ini, sedangkan dikatakan “Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13)”? Jelas tidak mungkin Roh Kudus membiarkan umatnya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Jadi, reinkarnasi yang anda katakan sama sekali bukan ajaran yang berasal dari Allah, dan bukan ajaran yang diimani oleh umat kristen perdana hingga sekarang.#
1) Sejauh saya baca, YOH 16:13 tidak menyebut “Gereja” tetapi “kamu”.
2) Dasar Biblis adalah MAT 11:14-15 (Yohanes adalah Elia) dan MAT 13:26-29 (Perumpamaan gandum dan ilalang).
3) #Tapi apakah mungkin Roh Kudus membiarkan ….# Jawaban saya, “Mungkin.” Dari sejarah, saya belajar mengenal bahwa TUHAN mempunyai sangat banyak waktu dalam menantikan kembalinya kesadaran manusia. TUHAN dengan sabar menemani manusia bertumbuh dari animisme kepada politheisme, dari politheisme kepada monotheisme, dan saya percaya bahwa TUHAN juga dengan sabar menemani manusia betumbuh dari bukan hanya mengaku adanya satu TUHAN tetapi juga mengenal TUHAN YANG DI ATAS SEMUA.

-----

2. Kanonisasi Kitab Suci. Mengapa Katolik Menolak Ajaran yang Didasarkan pada The Secret Teachings of Jesus dan Kitab2 Apokrif

#Yesus mendirikan Gereja-Nya diatas Petrus, dan Ia berjanji (dalam Mat 16 : 18) bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja. Kitab Suci (dalam 1 Timotius 3 : 15) berkata bahwa Gereja adalah pilar dan dasar kebenaran. Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13), termasuk juga membimbing Gereja dalam menentukan jumlah alkitab yang diinspirasi Roh Kudus.#
Sejauh saya baca, YOH 16:13 tidak menyebut “Gereja” tetapi “kamu”.
MAT 16:18, (Kalau tidak salah) Mereka yang tidak mengakui Paus, menafsirkan bahwa dasar Gereja yang dimaksud oleh Yesus adalah “pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Memang MAT 16:19 bisa digunakan untuk mengatakan bahwa penafsiran alternatif tersebut salah, tetapi toh MAT 16:19 bisa ditafsirkan juga sebagai tidak menyalahkan penafsiran alternatif MAT 16:18.
Bukan karena tidak mengakui Paus, tetapi pengalaman hidup (yang menuntun saya untuk tidak bisa menyerahkan atribut “absolut dan pasti”) saya mengambil tafsiran alternatif tersebut. Dan dalam alur menafsiran yang sama, saya adalah jemaat-Nya. Sekalipun saya percaya reinkarnasi saya tetap di dalam iman “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
1TIM 3:15, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Dan apakah kebenaran yang harus ditopang oleh jemaat, itu adalah 1TIM 3:16. Saya tetap adalah jemaat-Nya, karena saya dengan gembira menopang 1TIM 3:16.
------------

3. Mengapa Allah membunuh Bayi

# mereka akan pergi ke limbo dimana mereka bisa menikmati kebahagiaan alami#
http://en.wikipedia.org/wiki/Limbo.
Sejauh saya baca limbo “is a speculative idea about the afterlife condition of those who die in original sin. Saya berpendapat bahwa “limbo” adalah suatu “theological escape”. Dari apa yang saya baca, saya berpendapat bahwa Gereja masih belum menemukan pengertian yang definitif pasti berihal “limbo of infants”. Saya kutipkan,
.... as a state of maximum natural happiness, others as one of "mildest punishment" consisting at least of privation of the beatific vision and of any hope of obtaining it. This theory, in any of its forms, has never been dogmatically defined by the Church, but it is permissible to hold it. Recent Catholic theological speculation tends to stress the hope that these infants may attain heaven instead of the supposed state of Limbo. …......
And in 1984, when Joseph Ratzinger, then Cardinal Prefect of that Congregation, stated that, as a private theologian, he rejected the claim that children who die unbaptised cannot attain salvation, he was speaking for many academic theologians of his background and training.
Saya tidak tahu dimana dalam Alkitab bisa menemukan referensi untuk ini, tetapi saya menemukan didalam Catatan Rahasia Yohanes bahwa “Semesta Tidak Sempurna” diciptakan dalam duabelas tingkatan/lapis, yaitu tujuh tingkatan surga dan lima neraka; juga dalam Injil Nicodemus dan Injil Bartholomeus saya membaca bagaimana Yesus turun ke neraka untuk membebaskan para tawanan neraka yang di dalamnya termasuk para bapa bangsa.
Membedakan dengan apa yang anda percaya, Skema Kesempatan (reinkarnasi yang kristiani) memandang bahwa hidup ini adalah “neraka, api pencucian, limbo”, atau pendeknya adalah kesempatan-kesempatan untuk menerima berkat penebusan Kristus. (Kecuali bagi yang menghojat Roh Kudus, mereka akan berada dalam neraka-abadi “keadaan yang terus-menerus tanpa pertobatan”.)
Saya mendapat kesan bahwa anda bisa membenarkan peristiwa pembunuhan bayi-bayi itu sebagai tindakan keadilan Allah. Skema Kesempatan menerima kematian bayi-bayi itu sebagai sesuatu yang alami dalam percekcokan antar manusia, yang entah secara mandiri atau dalam campurtangan lapis2 surga. (Dalam peristiwa lain, bisa juga antara manusia dengan alam.) Saya berpendapat bahwa jiwa-jiwa itu masih mempunyai kesempatan untuk menerima berkat penebusan Kristus, yaitu melalui reinkarnasi. Adalah alami, dalam ketidaktahuannya dan dalam keinginan kuatnya untuk tinggal dalam “persepsi salahnya”, manusia saling bunuh, saling menilai benar salah, saling menghukum atas nama keadilan atau atas nama Tuhan. Adalah alami bahwa alam membawa kematian kepada manusia, karena alam yang kita berada di dalamnya adalah tidak stabil, tidak sempurna menyenangkan.
Seperti saya katakan, selama tidak atau belum menerima berkat penebusan Kristus, sesungguhnya manusia sedang menghukum dirinya sendiri.
TUHAN tidak menghukum, manusia menghukum dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dari salib (MAT 23:24) Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Empati saya adalah kepada penderitaan jiwa-jiwa; sebab, dalam ketidaktahuan, mereka tengah menghukum diri sendiri.
----------

4. Tanggapan Terhadap Beberapa Pertanyaan

#Sayang sekali pemahaman anda tidak didukung oleh ayat kitab suci, yang merupakan tulisan yang diinspirasi Roh Kudus, yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik yang didirikan Yesus, dimana Gereja tersebut akan selalu dinaungi Roh Kudus untuk mengajarkan kebenaran.#
Pertanyaan: Apakah inspirasi Roh Kudus memerlukan kanonisasi oleh Gereja Katolik?
(Jawaban lebih lanjut ada di “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda”)
-----
#Ini irelevan. Kalau Yesus mengajarkan reinkarnasi, mengapa ia tidak mengatakan “Jangan takut bila tanganmu menyesatkanmu, kamu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidupmu di kehidupan mendatang”. Mengapa Yesus mengatakan untuk memotong kedua tangan bila tangan itu menyesatkan, untuk menghindari neraka? Keduanya bertentangan, namun merupakan ajaran Yesus. Jadi, mana yang benar?#
Sekarang, saya hanya menunggu saat ketika saya akan mengakhiri hidup ini dalam kegembiraan menerima berkat penebusan Kristus. Semua yang ada di dalam Injil sudah cukup. Saya tidak berani minta kepada Tuhan Yesus untuk mengubahnya. MAT 11:14-15 (Yohanes Pembaptis adalah Elia) serta MAT 13:26-29 (Perumpamaan Gandum dan Ilalang) adalah jendela yang Tuhan buka ketika Gereja kanonik penutup pintu.
Saya tidak mengatakan bahwa anda salah. Saya tidak mempunyai kewenangan untuk menghakimi. MAT 11:14-15 tidak menyalahkan mereka yang tidak mau menerima, sebab Tuhan katakan “jika kamu mau menerimanya”. Sesungguhnya, dari apa yang saya rasakan, ada karunia khusus bagi mereka yang mau menerima. Karunia apa yang diberikan kepada saya? Yang saya rasakan adalah, “dari saya Tuhan mencabut “karunia” untuk menghakimi, dan Dia menggantikannya dengan karunia untuk mengasihi, karunia berempati kepada penderitaan jiwa-jiwa”.Ya, saya tidak lagi ingin mengatakan seseorang benar atau salah, lebih banyaknya saya mempunyai empati atas penderitaan yang sedang atau yang saya dugakan akan dialami oleh jiwa-jiwa. Memenuhi anjuran para sopir bus “Sesama bis kota dilarang saling mendahului.” dalam analogi itu “Tidak perlu kita saling menyalahkan, sebab kita adalah para tawanan dari bumi ini.”
----
#Akan lebih baik bila anda bisa membuktikan bahwa pengalaman reinkarnasi tersebut tidak berasal dari setan. Sedangkan saya sendiri sudah membuktikan bahwa reinkarnasi adalah ajaran yang tidak berasal dari Yesus Kristus, dan tidak diimani oleh umat di masa Gereja perdana hingga sekarang. Reinkarnasi tidak lah pernah menjadi bagian dari ajaran Gereja Katolik sejak dulu hingga sekarang.#
Silahkan menilai apakah peristiwa di “Oprah Winfrey” di bawah ini berasal dari setan.
-----
#Ini bukan masalah buruk sangka, melainkan adanya fakta bahwa apa yang disebut “regresi masa lalu” bukanlah hal yang ilmiah dan objektif, seperti yang sudah dijelaskan pada artikel tersebut. Sudahkah anda melihatnya dengan akal budi anda?#
Apakah yang ilmiah selalu benar? Apakah yang obyektif dan tidak ilmiah selalu salah? Saya menyaksikan di Oprah Winfrey show: Dr Oz mempunyai rasa tidak tenteram bila berhadapan dengan kakak perempuannya; suatu rasa tidak tenteram yang sulit dimengerti alasannya. Hadir di acara itu Dr Weiss yang adalah seorang hipnoterapis. Dr Oz menjadi relawan di acara itu. Dalam keadaan terhipnotis Dr Oz dibawa menelusur kehidupan sebelum hidup yang sekarang; dia menyaksikan bagaimana pada waktu itu kakak perempuannya diperkosa, dan dia (yang masih kecil?) tidak melakukan apa-apa. Jiwa Dr Oz membawa pengalaman itu sebagai trauma di dalam hidup yang sekarang. Di akhir acara itu Dr Oz (yang seorang medis) mengatakan bahwa bebannya telah terangkat, dan, kalau tidak salah Dr Oz juga mengatakan “Betapapun tidak rasionalnya suatu metode, ketika itu membawa penyembuhan kepada pasien, sebaiknya kita membuka diri, sambil belajar untuk memahami.”.
----
#“Mungkin.” Ternyata bukan kebenaran. Sayang sekali anda masih menggantungkan keyakinan anda pada sesuatu yang bahkan kebenarannya masih diragukan. …..#
Saya pasti tidak meragukan kebenaran reinkarnasi. Hanya, saya tidak mengharuskan reinkarnasi untuk berlaku bagi semua. Saya mengidentifikasi peluang adanya jiwa yang tidak harus mengalami reinkarnasi. Itulah makna kata “mungkin” dalam kalimat saya. Sekali lagi, saya tidak meragukan kebenaran reinkarnasi, karena saya mengenal bahwa ada reinkarnasi.
-----
#..... Mengapa anda tidak mempercayai ajaran Gereja Katolik, yang merupakan kebenaran yang absolut dan pasti?#
Saya mempercayai ajaran Gereja Katolik, saya adalah seorang Katolik. Perbedaan saya dengan anda adalah saya tidak bisa memandang semua yang diajarkan oleh “Gereja Katolik saat ini” sebagai “abosolut dan pasti”. Penjelasan lengkap saya sampaikan dengan cukup panjang di bawah ini:
Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?
Saya kutip dari buku-kedua saya,
Demikianlah makna kesadaran bagi saya, dan dalam pemaknaan itu saya ingin mengulang bahwa pengenalan akan Yesus sesungguhnya adalah pengenalan yang bertumbuh, bukan sesuatu yang bisa didiktekan.
Apakah Gereja hirarki tidak melakukan kesalahan karena menanamkan iman akan keTuhan-an Yesus yang kurang disertai dengan penanaman kesadaran? Jawaban saya: Saya bertumbuh menemukan Yesus karena Gereja telah menanam tonggak itu jauh di depan saya, setelah berjalan jauh dan melalui jalan yang berliku saya kini sampai di sana. Kalau tonggak itu tidak ada di sana, entah saya kini ada dimana?
Bagi saya yang “absolut dan pasti” adalah “kebenaran Kristus”.
Perkenankan saya mengutip dari buku-kedua saya,
Kitab yang Dari Tuhan
Teman-teman muslim sering mengatakan bahwa Injil yang digunakan oleh Gereja kini tidak asli atau telah dipalsukan, bahkan lebih jauh ada yang mengatakan bahwa Injil asli disimpan dan dirahasiakan karena isinya sangat berbeda dengan yang sekarang diajarkan oleh Gereja.
Mengacu kepada temuan Ellain Pagels, saya setuju atas kritik bahwa Injil yang digunakan oleh Gereja kanonik adalah tidak asli; asli dalam arti bahwa dokumen itu sejak awalnya ada dan demikian adanya.
Pertanyaan: Benarkah ada Injil yang asli? Kalau ada, siapa pengarangnya? Yesus? Salah satu murid-Nya?
Injil, adalah Kabar Gembira; yaitu bahwa Allah Bapa adalah baik terhadap kita orang berdosa dalam PutraNya Jesus Kristus. Maka, Kristuslah Injil atau Kabar Gembira atau Sabda Allah Yang berpribadi dan hidup. Sabda Yang hidup itu bersifat kreatif dan mengubah hati manusia; sabda tertulis atau huruf hanyalah Ersatz, bahkan menurut S. Paulus ‘huruf mematikan, roh yang menghidupkan’ (2Kor 3,6). (A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja, Jilid 2, p. 93)
Jesus mengucapkan sabda-sabda pewahyuanNya dan telah tidak menulis atau mendiktekan sebuah buku. (idem)
Santo Paulus dalam pelayanannya tidak mempunyai Injil yang tertulis dan tidak mengandalkan diri kepada Injil yang tertulis. Dengan mengingat bahwa St. Paulus berkarya pada jaman yang sama dengan para rasul murid-murid Yesus, kiranya bisa diartikan bahwa memang tidak ada Injil yang ditulis atau diperintahkan tulis oleh Yesus yang untuk dijadikan pegangan dalam pelayanan St. Paulus.
(2Kor 3,3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. (2Kor 3,6) Ialah (Roh, pen) membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Kiranya bukan karena lalai, Yesus memang telah tidak menyiapkan Injil tertulis. Dalam Catatan Rahasia Yakobus 1:13-14 seperti terbaca dalam rangkaian kutipan di bawah ini, jelas terlihat bagaimana Yesus menomorduakan arti penting catatan yang tengah diusahakan ditulis oleh para murid-Nya.
(1:7-8) Duabelas murid sedang duduk bersama, mengingat-ingat kembali apa yang telah dikatakan Juru Selamat kepada masing-masing di antara mereka dengan diam-diam atau pun secara terbuka, dan menyusun kumpulan catatan mereka ke dalam buku. Aku (Yakobus, pen), sebagai bagianku, juga menulis bukuku. Lihatlah, Juru Selamat menampakkan diri. Ia telah meninggalkan kami, dan kami tengah menantikan dia.
(1:9-14) Lima ratus lima puluh hari setelah ia bangkit dari kematian, kami berkata kepadanya, "Bukankah engkau telah bertolak dan meninggalkan kami?" Yesus berkata, "Tidak, tetapi aku akan kembali ke tempat dari mana aku datang. Jika kamu ingin ikut bersamaku, mari!" Mereka semua menjawab dan berkata, "Jika engkau memerintahkan kami, kami akan ikut." Ia berkata, "Aku mengatakan kebenaran: tak satu pun dari kamu akan masuk kerajaan surga karena aku memerintahkan, tetapi lebih sebab kamu sendiri diisi (are filled). Tinggalkanlah Petrus dan Yakobus bersama ku, di mana aku bisa mengisi mereka (may fill them)." Setelah ia memanggil keduanya, ia menarik mereka ke samping, dan memerintahkan yang lainnya untuk meneruskan pekerjaan mereka.
Apabila penulisan Injil adalah suatu prioritas dalam pandangan Yesus, dalam alur pikir manusiawi setidaknya Yesus akan membiarkan dan bahkan datang membantu para murid menuliskannya. Bahwa Ia tidak melakukan hal itu, maka setidaknya inilah yang saya percaya, yaitu: Yesus tidak pernah menulis Injil atau memerintahkan menulis Injil. Dengan demikian, mencari atau mengharapkan atau mempercayai adanya Injil tertulis yang asli adalah kesia-siaan.
Jejak Langkah Pengenalan akan Tuhan
Tuhan itu - sempurna.
Rencana Tuhan sempurna menjangkau masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Manusia hanya berada pada masa sekarang dan berada dalam keterbatasan. Manusia jauh dari sempurna tetapi manusia bertumbuh dari waktu ke waktu. Walau demikian, dari jaman ke jaman selalu ada orang yang merasa bahwa dirinya sudah mengetahui semua yang Tuhan rencanakan baginya dan bagi orang lain, dan dalam kebodohan mereka berusaha mengatur manusia lain agar bisa menjadi seperti dirinya.
Dalam kesempurnaan, Tuhan Yesus melihat bahwa tidak semua hal bisa diberikan sekaligus kepada manusia, karenanya kita boleh melihat bahwa rencana penyelamatan berlangsung bertahap, bahwa teologi atau pengenalan akan Tuhan tumbuh secara bertahap.
Dan ini saya kutip dari buku-pertama saya (yang berjarak sekitar 15 tahun dari buku-kedua),
Sebagian orang memandang Alkitab sebagai Sabda Tuhan yang mempunyai nilai kebenaran mutlak, mereka ini akan tidak rela bila dilakukan pemikiran kritis atas Alkitab, mereka menganggap bahwa semua yang tidak sesuai dengan Alkitab berarti salah, karena Alkitab tidak bisa salah. Namun ada pula cara pandang lain, yaitu memandang Alkitab sebagai catatan pengalaman tentang pengenalan akan Allah dan bagaimana cara manusia bisa sampai kepada Allah, yang berfokus pada peran Tuhan Yesus (Mesias). Catatan pengalaman mana disampaikan oleh para penulis bagian-bagian Alkitab menurut pengalaman iman dan kepercayaan serta pengalaman hidup mereka, serta dengan campur tangan Tuhan. Cara pandang kedua, tidak memaksakan nilai kebenaran mutlak tetapi lebih menekankan pada nilai pesan kesaksian.
Saya pernah setuju dengan kelompok pertama, tetapi kini saya mempunyai keyakinan bahwa cara pandang yang kedua lebih bisa dibenarkan, dengan alasan yang berikut:
  • Pertama, Alkitab seperti yang kita kenal, berisikan kumpulan tulisan-tulisan dari berbagai penulis, bukan suatu hasil dikte untuk perintah: Tulislah kebenaran ini!
  • Kedua, Alkitab seperti yang kita kenal, disusun melalui seleksi dari sekian banyak tulisan yang relevan dan bisa dipercaya bobot kesaksiannya.
  • Ketiga, mungkin bukan suatu kebetulan bahwa Tuhan Yesus tidak pernah me-merintahkan untuk menyusun suatu Kitab Suci.
Mungkin justru karena bagi-Nya tidak ada rahasia dan Ia mengetahui bahwa pengetahuan tentang seluruh kebenaran tidak akan mungkin dibukakan sekaligus pada masa itu.
Anda bisa bayangkan bagaimana jadi-nya kalau duaribu tahun lalu Tuhan Yesus harus menjelaskan teori relativitas Einstein atau tentang keseluruhan isi alam raya sebagai latar belakang pengajaran-Nya.
Maka dari itu, Ia tidak pernah memerintahkan penulisan suatu Kitab Suci yang tidak boleh dilakukan perubahan apa pun atasnya. Dia mengetahui ada terlalu banyak hal untuk ditulis dan ajarkan. Apa yang Ia berikan kepada para muridNya adalah: saksikan-lah, rasakan-lah, iman-ilah, wartakan-lah (jalan keselamatanmu).
Inti dari kekristenan adalah beriman atau percaya kepada Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan, bahwa Yesus Kristus sungguh mampu mengarahkan manusia kepada Yang Sungguh Tuhan.
Dan ini adalah berbagai kutipan pendapat para ahli.
Sebenarnya, saya enggan menampilkan kutipan-kutipan di bawah ini. Saya menulis kedua buku saya tanpa harus mengambil mereka sebagai referensi (kecuali Beyond Belief, Elaine Pagels). Saya hanya mempersiapkan diri dengan YER 29:13-14, dimana kemudian Tuhan memberikan The Secret Teachings of Jesus, dan semua berkembang sejak itu.
Saya percaya bahwa Gereja dituntun oleh Roh Kudus. Saya menghormati dan bersyukur atas kanonisasi Alkitab; saya tidak bisa membayangkan, berapa banyak Injil yang tercipta tanpa ketegasan peran Bapa Irenaeus dan para bapa Gereja. Saya hanya tidak setuju dengan statemen bahwa,
1) di luar yang dikanonisasi adalah sesat,
2) Gereja hirarki tidak bisa salah,
3) semua kebenaran sudah ada di dalam Alkitab dan pengakuan saya kepada The Secret Teaching of Jesus adalah sesat,
4) Roh Kudus memimpin Gereja dan tidak akan mungkin memimpin yang di luar Gereja..
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Gereja Katolik, kutipan dari tiga sumber di bawah ini (dan catatan singkat pada setiap akhir kutipan) saya sampaikan untuk mengatakan bahwa saya menggunakan akal budi saya (disertai limabelas tahun berserah kepada tuntunan Roh Kudus, terserah akan dipercaya atau tidak).
=====
Read more: http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/religion/story/emergence.html#ixzz1l8p9eIvP
Elizabeth Clark:
John Carlisle Kilgo Professor of Religion and Director of the Graduate Program in Religion Duke University
It's hard to say.... We do have a document called the Muratorian Canon ... which tells us that one of the criteria for deciding whether a book is scripture or not is whether it can be read in the church. Now, this seems to be rather a circular argument, because you probably don't read it in the church unless you think it's scripture, but there seems to be something about suitability for public reading during worship, that's one criterion. The churchmen who argued about these points of what's in and what's out... [also] wanted to say if we know a book was supposedly written by an Apostle or by a follower of an Apostle, this gave it some authenticity. This was an attempt to say, "We're as close back with eyewitness reporting as we can be."
But the church really had to think at that point, what should they do with the many gospels on hand. And with new editions of the gospels which were coming out all the time. Right after Marcion, we have evidence from Rome that some other people sat down and wrote a new harmony of the gospels of Matthew and Mark and Luke, melding them together into one gospel. Now in that situation we have apparently a recourse to the original function of gospel narrative which is the narrative of Jesus' suffering and death as the story that accompanies the celebration of the central Christian ritual, the Eucharist. And that meant that only gospels who have a passion narrative can be included. The Gospel of Thomas does not have a passion narrative. And it was never discussed for possible inclusion. It is characteristic that all gospels of the canon have a passion narrative because the central Christian ritual, that's the Eucharist, cannot live without that story. And it is out of that movement that the four gospel canon arises. And it comes, interestingly enough, as a canon that preserves diversity, within limits.... There is no claim that this canon represents four gospels that are all saying the same thing. It is rather an attempt to bring together as many Christian communities that were bound to a particular gospel into one major church. And this was essentially accomplished through the four gospel canon.
There's some discussion about certain books that can be read but can't be read in church, for example. You can read them on your own, but there's a kind of parental advisory on them or something, and you don't read them in church and you're careful when you read them by yourself, this kind of thing. Or there's some pieces of literature that a lot of people are reading but that the Grand Poobahs in the church don't want them to read. But these really constitute special cases that imply a kind of consensus that are formed very early about the kind of literature Christians used that spoke to their self-identification and by which, they in turn, identified themselves.... That's kind of touchy-feely; it's hard to get a get a historical fix on it, but it's got to have been there. That was a development... from the bottom up, as opposed to from the top down. In Irenaeus' voice, I think we're hearing some top down arguments ex-post facto.
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? Isi dari The Secret Teachings of Jesus tidak sesat, tetapi “bisa saja” demi memenuhi kriteria maka “harus ada yang disisihkan”.


====
Read more: http://www.answers.com/topic/irenaeus-saint#ixzz1l8lp5jyN
Tentang Irenaeus
Irenaeus pointed to Scripture as a proof of orthodox Christianity against heresies, classifying as Scripture not only the Old Testament but most of the books now known as the New Testament,[2] while excluding many works, a large number by Gnostics, that flourished in the 2nd century and claimed scriptural authority.[22]
Before Irenaeus, Christians differed as to which gospel they preferred. The Christians of Asia Minor preferred the Gospel of John. The Gospel of Matthew was the most popular overall.[23] Irenaeus asserted that four Gospels, Matthew, Mark, Luke, and John, were canonical scripture.[24] Thus Irenaeus provides the earliest witness to the assertion of the four canonical Gospels, possibly in reaction to Marcion's edited version of the Gospel of Luke, which Marcion asserted was the one and only true gospel.[6][18]
Based on the arguments Irenaeus made in support of only four authentic gospels, some interpreters deduce that the fourfold Gospel must have still been a novelty in Irenaeus' time.[25] Against Heresies 3.11.7 acknowledges that many heterodox Christians use only one gospel while 3.11.9 acknowledges that some use more than four.[26] The success of Tatian's Diatessaron in about the same time period is "...a powerful indication that the fourfold Gospel contemporaneously sponsored by Irenaeus was not broadly, let alone universally, recognized."[27]
Tentang Irenaeus' Writings
The purpose of "Against Heresies" was to refute the teachings of various Gnostic groups; apparently, several Greek merchants had begun an oratorial campaign in Irenaeus' bishopric, teaching that the material world was the accidental creation of an evil god, from which we are to escape by the pursuit of gnosis. Irenaeus argued that the true gnosis is in fact knowledge of Christ, which redeems rather than escapes from bodily existence. Until the discovery of the Library of Nag Hammadi in 1945, Against Heresies was the best-surviving description of Gnosticism. According to some biblical scholars, the findings at Nag Hammadi have shown Irenaeus' description of Gnosticism to be largely inaccurate and polemic in nature.[11][12] Though correct in some details about the belief systems of various groups, Irenaeus' main purpose was to warn Christians against Gnosticism, rather than accurately describe those beliefs. He described Gnostic groups as sexual libertines, for example, when some of their own writings advocated chastity more strongly than did orthodox texts.[13][14] However, at least one scholar, Rodney Stark, claims that it is the same Nag Hammadi library that proves Ireneaus right.[15]
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? (1) Peran Irenaeus dalam “kanonisasi Alkitab”. (2) Pengaruh Nag Hammadi Library. (3) (Saya tidak membaca "Against Heresies".) Saya tidak menemukan kata atau kalimat apapun terkait “sexual libertines” di dalam The Secret Teachings of Jesus.
====
Beyond Belief
Elaine Pagels
(The Harrington Spear Paine Foundation Professor of Religion Princeton University; sumber www.pbs.org)
Saya kutip dari buku-kedua saya,
Dalam rangka memperkuat kedekatannya dengan para pemimpin gereja dan untuk mempersatukan kelompok-kelompok Kristen yang terpecah ke dalam struktur yang harmonis, Konstantinus mengundang para uskup dari semua gereja yang ada di dalam kekaisarannya untuk bertemu atas biaya negara di Nikea, … untuk membuat suatu rumusan standar tentang iman Kristen. ….
..... Kaisar sendiri hadir dalam sidang dan ikut serta di dalamnya, …. penelitian sejarah yang lebih teliti mengungkapkan bahwa ia tidak hanya memperbolehkan tetapi juga mengharapkan para uskup sendiri untuk menyatukan perbedaan dan untuk merekayasa konsensus di antara pihak-pihak yang saling berseberangan. Ketika ia memberi pengarahan kepada yang berkumpul di Nikea, ia mendorong mereka untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan “lest private animosities interfere with God’s business.”
Salah satu perbedaan yang ia harap terpecahkan telah menyulitkan gereja-gereja di seluruh kekaisaran selama beberapa tahun. …. ….. (pp. 170, 171)
Setelah mendaftar duapuluh-dua buku yang ia katakan ‘dipercaya sebagai Perjanjian Lama,’ Athanasius mulai menawarkan yang dikenal paling awal sebagai duapuluh-tujuh buku yang ia sebut ‘buku Perjanjian Baru,’ dimulai dengan ‘empat injil, Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes,’ dan berlanjut dalam daftar yang sama naskah-naskah yang dihubungkan dengan para rasul yang membentuk Perjanjian Baru yang kita kenal sekarang. Menilai ini semua sebagai ‘musim semi penyelamatan,’ ia mengundang para penganut Kristen selama musim LANTEN untuk ‘membersihkan gereja dari semua bentuk pengotoran’ dan untuk menolak ‘kitab-kitab apokrip,’ yang ‘penuh dengan mitos, kekosongan, dan tercemar’ – kitab-kitab yang, ia memperingatkan, mengundang konflik dan menjadikan umat terpecah. Sepertinya ada satu atau lebih biarawan yang mendengar suratnya dibacakan di biara (monastery) mereka yang dekat kota Nag Hammadi yang memutuskan untuk menentang perintah Athanasius dan memindahkan lebih dari limapuluh buku dari perpustakaan biara, menyembunyikan dalam suatu tempayan untuk melindunginya, dan menguburnya dekat karang terjal di mana Muhammad Ali menemukannya seribu enamratus tahun kemudian. (pp. 176, 177)
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? Mengajak jujur menilai bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau bukan semata-mata tindakan Tuhan atau karya Roh Kudus. Di dalamnya, mungkin, cukup dominan peran tindakan manusia. Dan ketika manusia dominan berperan, maka terbuka kemungkinan timbul kekeliruan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Perkenankan saya mengulang apa yang telah saya sampaikan di atas. Saya percaya bahwa Gereja dituntun oleh Roh Kudus. Saya menghormati dan bersyukur atas kanonisasi Alkitab, yang telah menyatukan Gereja mengarungi masa 2000 tahun.
Saya percaya bahwa ”Nag Hammadi Library” adalah karya Roh Kudus yang tepat pada waktunya; penemuan ”Nag Hammadi Library” tepat di penghujung abad ke-21, tepat ketika komunikasi dengan jiwa-jiwa yang nonfisik tidak lagi dihakimi sebagai sihir dan tabu, tepat ketika kekayaan melimpah dari jiwa-jiwa yang bereinkarnasi akan membanjir dan menjadi parameter baru pengenalan akan Tuhan. Nag Hammadi Library” adalah karya Roh Kudus yang TUHAN persiapkan bagi generasi mendatang.
----
#Setidaknya ajaran tersebut memang mirip dengan plato, dan saya juga tidak heran bila anda tidak setuju bahwa “jiwa ini seperti sopir yang mengendarai mobil”, karena memang ada banyak orang yang memahami reinkarnasi dengan berbeda. Jadi, yang mana diantara kalian yang merupakan kebenarn? Ataukah semuanya merupakan kebenaran? Atau semuanya salah?#
Bagi saya, Semua adalah proses. Proses menuju kebenaran. Saya bukan hakim yang mempunyai kuasa mengatakan salah dan benar. Semua akan dihakimi menurut perbuatannya; bukan karena Tuhan maha adil tetapi, sesungguhnya manusia menghukum dirinya sendiri.
Dengan menolak Kristus manusia menolak pembebasan dari “menghukum dirinya sendiri”. Saya mengenal reinkarnasi. Saya mengenal penderitaan saya. Saya mempunyai empati kepada penderitaan semua jiwa-jiwa. Apakah pengertian reinkarnasi saya sama dengan pengertian Plato atau pengertian agama Budha atau agama Hindu atau agama Marapu, saya tidak peduli. Kepedulian saya adalah kepada penderitaan jiwa-jiwa, dan dari kepedulian itu saya meluap dalam semangat untuk berbagi Injil kepada semua jiwa-jiwa.
Kedua buku saya adalah suatu teriakan lantang tentang empati kepada jiwa-jiwa.
-----
#Toh kalaupun reinkarnasi adalah kebenaran, maka harus ada konsistensi diantara mereka yang mempercayai reinkarnasi.#
TUHAN adalah kebenaran. Toh ada lebih dari satu konsistensi dalam mencoba mengenal-NYA. Sekalipun demikian, TUHAN adalah tetap kebenaran. Apakah seorang atheis berhak membuat statemen: “Toh kalaupun TUHAN adalah kebenaran, maka harus ada konsistensi diantara mereka yang mempercayai TUHAN.”?
(2Kor 3,3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. (2Kor 3,6) Ialah (Roh, pen) membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. (ada di buku-kedua saya)
Sangat boleh jadi, terlalu konsisten malahan berarti mematikan karya Roh Kudus.
----
Terima kasih atas kesempatan untuk menerima dan untuk berbagi.
Salam dalam kasih Tuhan Yesus,
Pius M. Sumaktoyo.



2 komentar:

  1. kami mempunyai keyakinan, bahwa Tuhan Yesus bukan hanya menebus dan menghapus dosa2 kita pada kehidupan ini saja ( kehidupan semenjak lahir /kecil sampai bertobat ), tetapi Tuhan Yesus menebus dan menghapus dosa seseorang yang telah percaya dan bertobat untuk kelahiran2 (kehidupan2) yang sebelumnya.... sebab dengan begitulah karya Tuhan Yesus, bisa di katakan MAHA KARYA yang tak tertandingi oleh siapapun, apapun, dan bagaimanapun juga.....

    justru sekiranya seseorang hanya menyakini bahwa Tuhan Yesus menebus dan menghapus dosanya hanya pada kehidupan ini saja tanpa adanya kehidupan2 masa lalunya, maka secara sadar atau tidak sadar orang ybs menilai dan mengecilkan karya Tuhan Yesus.... dengan keyakinan ini juga sadar atau tidak sadar menjadi BATU SANDUNGAN bagi orang2 lain yang belum percaya/ bertobat... sebab bagi sebagian orang hal perbuatan dosa baik di sengaja ataupun tidak sengaja dalam kehidupan ini, mungkin tidak perlu penebusan dari Tuhan Yesus sebab orang2 tsb ingat dan merasa mampu untuk menebusnya....
    jadi paham/keyakinan reinkarnasi sesungguhnya sangat relevan dengan karya kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus .

    Sebab bagi seseorang yang tidak yakin dengan hukum reinkarnasi (dengan berbagai macan dakih)... bagi hukum reinkarnasi sendiri tidak akan berpengaruh apapun, karna itu bukanlah hukum dari agama tertentu, tapi hukum ini adalah bagian dari hukum alam yang memang sudah ada dengan sendirinya..............

    terima kasih kepada sdr pius atas berbagai tulisan2/argumen/penjelasan2 dalam memahami ajaran Tuhan Yesus dari sudut pandang yang lebih relevan.

    semoga Tuhan Yesus memberkhati saudara. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. sdr Anugerah,
      terimakasih atas tanggapan saudara serta sharing pemahaman saudara atas kebenaran kasih dan penebusan Tuhan Yesus.
      semoga lebih banyak orang bolehmengakhiri hidup ini dengan menerima berkat penebusan Kristus. Amin

      Hapus