Senin, 27 Februari 2012

Dialog Reinkarnasi (1)


Artikel di bawah ini saya kutip dari: “www.luxveritatis7.wordpress.com”

Apologetika Kontra Reinkarnasi

By Cornelius
Tulisan berwarna biru adalah tulisan dari Pius M. Sumaktoyo, seseorang yang mengirimkan komentar yang mendukung ajaran reinkarnasi. Pada tulisan ini akan ditunjukkan posisi Gereja Katolik terhadap reinkarnasi, serta menunjukkan kekeliruan yang ada dari tulisan saudara Pius tersebut.
Saya sampaikan komentar saya dalam tiga bagian:
Bagian I: Dukungan kepada Kebenaran Reinkarnasi
Bagian II: Reinkarnasi Non-Kristiani
Bagian II: Reinkarnasi Yang Kristiani
BAGIAN I: Dukungan kepada Kebenaran Reinkarnasi
Saya percaya Yesus namun tidak mampu menyangkal kebenaran reinkarnasi, apa yang harus saya lakukan?
Haruskah saya meninggalkan Yesus? Saya tidak bisa.
Haruskah saya menyangkal kebenaran reinkarnasi? Saya tidak jujur kepada diri sendiri, dan, pasti saya akan merasa menjalani hidup dengan resah karena memelihara iman yang tidak teruji.
YEREMIA 29:13-14 Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, …. .
Karena tidak ada sesiapapun mampu memberi nasehat perihal dilema iman pribadi saya, satu-satunya cara adalah membuka diri bertanya kepada Tuhan dan menunggu saat “Aku akan memberi kamu menemukan Aku”.
Sekarang setelah melewati lebih dari duapuluh lima tahun masa pencarian dan permenungan, saya bisa mengatakan bahwa: kebenaran reinkarnasi tidak bertentangan dengan kebenaran iman saya kepada Tuhan Yesus Kristus. Ini jelas bertentangan dengan alinea pertama artikel Anda: “Tidak. Ajaran hukum karma hanya diajarkan dalam agama Budha dan Hindu, dan erat kaitannya dengan reinkarnasi, ini bukan ajaran iman kita, dan kita tidak mengenal namanya karma maupun reinkarnasi.”
Kompleksitas hasil pencarian telah coba saya tuangkan dalam dua buku, masing-masing:
REINKARNASI – Penelusuran oleh Seorang Katolik, dan,
REINKARNASI – Menanam Kembali Gandum yang Tercabut.
Kenapa saya mendukung adanya reinkarnasi?
1) Benarkah ada reinkarnasi?
2) Mungkinkah hirarki Gereja keliru dalam menilai dan menyikapi adanya reinkarnasi?
3) Apakah Tuhan Yesus pernah mengajar tentang reinkarnasi?
1) Benarkah ada reinkarnasi?
Saya mengerti dan mempunyai pengalaman pribadi yang membenarkan adanya reinkarnasi. Tetapi bagaimana saya bisa menyampaikannya kepada mereka yang menolak untuk mempertimbangkan? Saya harus menggedor pintu dengan sangat keras.
Ada tertulis, MAT 11:14-15 ‘…. dan – jika kamu mau menerimanya – ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!’
Kalau seseorang tidak ‘mau menerima’ apa yang Yesus katakan, menolak untuk ‘mendengar’ apa yang Ia anjurkan (hendaklah), saya kira saya juga tidak mempunyai kemampuan untuk membuat orang itu percaya. Tetapi, baiklah saya akan mengajukan pertanyaan yang saya harap bisa menjadi perintis (lead) bagi keterbukaan untuk mempertimbangkan adanya reinkarnasi.
Apa itu reinkarnasi? Berikut ini saya kutip definisi reinkarnasi :
Teori perpindahan jiwa manusia dari satu tubuh, apakah pindah ke dalam manusia, atau binatang, atau lainnya. Ajaran ini diajarkan oleh Plato (427-347 BC) dan sekarang diajarkan oleh teosofist, ajaran ini adalah fitur karakteristik tunggal dari agama-agama timur, dalam Vedic, terutama Hindu, dan tradisi Buddha (Etimologi meta (Yunani) : perbuahan + empsychos, animate) – Romo John Hardon, Kamus Katolik Modern.
Apakah terdapat ayat kitab suci yang mendukung reinkarnasi? Faktanya kitab suci sendiri dengan jelas menolak adanya reinkarnasi :
Ibr 9 : 27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa setelah manusia mati, ia akan segera dihakimi. Manusia hanya ditentukan hidup satu kali, sedangkan reinkarnasi berarti manusia bisa hidup berkali-kali dalam tubuh yang berbeda.
Hanya terdapat tiga kondisi setelah manusia mengalami penghakiman khusus : surga, neraka, dan api penyucian. Berikut kutipan dari Katekismus Gereja Katolik :
1022 Pada saat kematian setiap manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus: entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu penyucian Bdk. Konsili Lyon: DS 857-858; Konsili Firense: DS 1304-1306; Konsili Trente: DS 1820., atau langsung masuk ke dalam kebahagiaan surgawi Bdk. Benediktus XII: DS 1000-1001; Yohanes XXII: DS 990. ataupun mengutuki diri untuk selama-lamanyaBdk. Benediktus XII: DS 1002..
Berdasarkan kitab suci, ayat diatas dengan jelas menolak ajaran tentang reinkarnasi.  Hal ini juga ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik :
1013 Kematian adalah titik akhir penziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir. ”Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada “reinkarnasi”.
Katekismus diatas menjelaskan bahwa selama manusia hidup, ia diberikan rahmat dan belas kasihan oleh Allah. Tujuannya ialah agar ia hidup sesuai rencana Allah dan dengan demikian dapat bersatu dengan Allah dan masuk dalam kebahagiaan di surga. Dengan demikian, reinkarnasi tidak diperlukan lagi karena sepanjang hidup manusia selalu diberikan rahmat, dan manusia sendirilah yang bisa menentukan untuk menerima atau menolak rahmat tersebut, seperti yang dijelaskan Katekismus berikut :
1021 Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam KristusBdk. 2 Tim 1:9-10.. Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin Bdk. Luk 16:22. dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik Bdk. Luk 23:43., demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru Bdk. 2 Kor 5:8; Flp 1:23; Ibr 9:27; 12:23., berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa Bdk. Mat 16:26., yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia.
Tulisan Bapa Gereja yang Menolak Reinkarnasi
Berdasarkan definisi diatas, kita bisa melihat bahwa ajaran tersebut tidak ada dalam Kitab Suci. Bahkan Bapa Gereja pun menolak ajaran tersebut. Berikut ini adalah kutipan dari Bapa Gereja :
Irenaeus
We may undermine [the Hellenists’] doctrine as to transmigration from body to body by this factthat souls remember nothing whatever of the events which took place in their previous states of existence. For if they were sent forth with this object, that they should have experience of every kind of action, they must of necessity retain a remembrance of those things which have been previously accomplished, that they might fill up those in which they were still deficient, and not by always hovering, without intermission, through the same pursuits, spend their labor wretchedly in vain. . . . With reference to these objections, Plato . . . attempted no kind of proof, but simply replied dogmatically that when souls enter into this life they are caused to drink of oblivion by that demon who watches their entrance, before they effect an entrance into the bodies. It escaped him that he fell into another, greater perplexity. For if the cup of oblivion, after it has been drunk, can obliterate the memory of all the deeds that have been done, how, O Plato, do you obtain the knowledge of this fact . . . ?” (Against Heresies 2:33:1–2 [A.D. 189]).
Tertullian
“Come now, if some philosopher affirms, as Laberius holds, following an opinion of Pythagoras, that a man may have his origin from a mule, a serpent from a woman, and with skill of speech twists every argument to prove his view, will he not gain an acceptance for it [among the pagans], and work in some conviction that on account of this, they should abstain from eating animal food? May anyone have the persuasion that he should abstain, lest, by chance, in his beef he eats some ancestor of his? But if a Christian promises the return of a man from a man, and the very actual Gaius [resurrected] from Gaius . . . they will not . . . grant him a hearing. If there is any ground for the moving to and fro of human souls into different bodies, why may they not return to the very matter they have left . . . ?” (Apology 48 [A.D. 197]).
Origen
“If the doctrine [of reincarnation] was widely current, ought not John to have hesitated to pronounce upon it, lest his soul had actually been in Elijah? And here our churchman will appeal to history, and will bid his antagonists [to] ask experts of the secret doctrines of the Hebrews if they do really entertain such a belief. For if it should appear that they do not, then the argument based on that supposition is shown to be quite baseless” (ibid.).
Ambrose of Milan
“It is a cause for wonder that though they [the heathen] . . . say that souls pass and migrate into other bodies. . . . But let those who have not been taught doubt [the resurrection]. For us who have read the law, the prophets, the apostles, and the gospel, it is not lawful to doubt” (Belief in the Resurrection 65–66 [A.D. 380]).
Sudah cukuplah bukti yang menunjukkan bahwa sejak masa Gereja Perdana, ajaran tentang reinkarnasi ditolak oleh Gereja Katolik.
Bagi anda, mungkin saya ”tidak ‘mau menerima’ apa yang Yesus katakan, menolak untuk ‘mendengar’ apa yang Ia anjurkan (hendaklah)”. Tapi apa yang saya lakukan adalah menyampaikan kebenaran seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik.
Kalau tidak ada reinkarnasi (artinya manusia hanya mempunyai satu kali kesempatan hidup, kemudian diadili untuk surga atau neraka), apa penjelasan yang bisa diberikan untuk kontradiksi berikut:
a) Yudas Iskariot diciptakan, selagi masih hidup seperti sudah dipastikan dia akan menjadi pengkhianat Yesus (YOH 6:70). Bunda Maria diciptakan dengan keistimewaan ‘tanpa dosa asal’, dan dijaga untuk pantas menjadi ibu Yesus, dan dipastikan masuk surga. Dimanakah kebaikan / keadilan Tuhan?
Harus diperjelas bahwa Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Allah menentukan manusia untuk MASUK KE NERAKA. Kitab Suci sendiri mengatakan :
1 Tim 2: 4 Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Manusia diciptakan dengan kehendak bebas, termasuk Yudas Iskariot.  Namun Yudas sendiri lah yang dengan kehendak bebasnya memilih untuk mengkhianati Yesus, dan setelah ia menyadari kesalahannya ini, ia tidak bertobat walaupun kesempatan itu ada, melainkan ia tenggelam dalam keputusasaan, dan menolak kesempatan melakukan pertobatan yang diberikan baginya. Paus Benediktus XVI menjelaskan hal ini dalam bukunya, Jesus of Nazareth :
…True, the light shed by Jesus into Judas’ soul was not completely extinguished. He does take a step toward conversion: “I have sinned”, he says to those who commissioned him. He tries to save Jesus, and he gives the money back (Mt 27:3–5). Everything pure and great that he had received from Jesus remained inscribed on his soul—he could not forget it.
His second tragedy—after the betrayal—is that he can no longer believe in forgiveness. His remorse turns into despair. Now he sees only himself and his darkness; he no longer sees the light of Jesus, which can illumine and overcome the darkness. He shows us the wrong type of remorse: the type that is unable to hope, that sees only its own darkness, the type that is destructive and in no way authentic. Genuine remorse is marked by the certainty of hope born of faith in the superior power of the light that was made flesh in Jesus.
John concludes the passage about Judas with these dramatic words: “After receiving the morsel, he immediately went out; and it was night” (13:30). Judas goes out—in a deeper sense. He goes into the night; he moves out of light into darkness: the “power of darkness” has taken hold of him (cf. Jn 3:19; Lk 22:53).
Begitu pula dengan Bunda Maria. Santa Maria dengan kehendak bebasnya memilih untuk bekerja sama dengan Allah. Kedua kasus diatas merupakan hal yang menunjukkan keadilan Allah. Apakah manusia masuk ke surga atau neraka, bergantung dari kehendak bebasnya. Allah selalu memberikan rahmat yang cukup bagi umatnya agar bisa diselamatkan, dan manusia bisa memilih untuk menerima atau menolak rahmat tersebut.
b) Keberpihakan Tuhan kepada bangsa Israel dibanding kepada penduduk Yeriko (YOS 6:2-21). Kemanakah perginya jiwa dari yang membunuh dan kemanakah perginya jiwa dari yang dibunuh yang adalah “baik laki-laki maupun perempuan, baik tua maupun muda” (YOS 6:21)? Bagaimana memahami kebaikan / keadilan Tuhan?
Pembunuhan dalam Kitab Yosua
Yosua 11 : 12-20
12 Selanjutnya segala kota kepunyaan raja-raja itu dan semua rajanya dikalahkan Yosua dan dibunuhnya dengan mata pedang. Mereka ditumpasnya seperti yang diperintahkan Musa, hamba TUHAN itu. 13 Tetapi kota-kota yang letaknya di atas bukit-bukit puing tidaklah dibakar oleh orang Israel, hanya Hazor saja yang dibakar oleh Yosua. 14 Segala barang dari kota-kota itu serta ternaknya telah dijarah orang Israel. Tetapi manusia semuanya dibunuh mereka dengan mata pedang, sehingga orang-orang itu dipunahkan mereka. Tidak ada yang ditinggalkan hidup dari semua yang bernafas. 15 Seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, hamba-Nya itu, demikianlah diperintahkan Musa kepada Yosua dan seperti itulah dilakukan Yosua: tidak ada sesuatu yang diabaikannya dari segala yang diperintahkan TUHAN kepada Musa. 16 Demikianlah Yosua merebut seluruh negeri itu, pegunungan, seluruh Tanah Negeb, seluruh tanah Gosyen, Daerah Bukit, serta Araba-Yordan, dan Pegunungan Israel dengan tanah rendahnya; 17 mulai dari Pegunungan Gundul, yang mendaki ke arah Seir, sampai ke Baal-Gad di lembah gunung Libanon, di kaki gunung Hermon. Semua rajanya ditangkapnya, dan dibunuhnya. 18 Lama Yosua melakukan perang melawan semua raja itu. 19 Tidak ada satu kotapun yang mengadakan ikatan persahabatan dengan orang Israel, selain dari pada orang Hewi yang diam di Gibeon itu, semuanya telah direbut mereka dengan berperang. 20 Karena TUHAN yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan, seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.
Kisah diatas menceritakan bagaimana Yosua membunuh manusia dan menghancurkan kota seperti yang diperintahkan Allah. Allah sendiri lah yang memerintahkan pembunuhan tersebut kepada Yosua.
Kitab Yeremia  menggambarkan suaut peristiwa bahwa Allah bisa menggunakan kekuatan alami untuk menghukum orang-orang, kadang Ia juga menggunakan bangsa lain untuk menjadi “palu godam dan senjata perang”. Ini adalah apa yang Allah lakukan dengan Yosua berkaitan dengan orang Kanaan.
Yer 51 : 11, 20-23
11 Lancipkanlah anak-anak panah, siapkanlah perisai-perisai! TUHAN telah membangkitkan semangat raja-raja Media, sebab rencana-Nya terhadap Babel ialah untuk memusnahkannya: itulah pembalasan TUHAN, pembalasan karena bait suci-Nya!
20 Engkau tadinya adalah palu godam bagi-Ku, senjata perang: Dengan engkau Aku menghancurkan bangsa-bangsa, dengan engkau Aku memusnahkan kerajaan-kerajaan, 21 dengan engkau Aku menghancurkan kuda dan pengendaranya, dengan engkau Aku menghancurkan kereta dan penunggangnya, 22 dengan engkau Aku menghancurkan orang laki-laki dan perempuan, dengan engkau Aku menghancurkan orang tua dan muda, dengan engkau Aku menghancurkan teruna dan dara, 23 dengan engkau Aku menghancurkan gembala dan kawanan dombanya, dengan engkau Aku menghancurkan petani dan lembu pembajaknya, dengan engkau Aku menghancurkan bupati-bupati dan pembesar-pembesar!
Namun hal ini menimbulkan pertanyaan : Mengapa orang Kanaan harus dihancurkan. Jawabannya diberikan dalam kitab Kejadian dan Ulangan. Pada salah satu kasus, kehancuran diakibatkan karena banyaknya dosa yang dilakukan, alasan yang sama kenapa kemanusiaan dihancurkan oleh Banjir dan mengapa Sodom dan Gomorah juga dihancurkan. Referensi pertama merujuk pada”kedurjanaan orang Amori” yang terjadi dalam nubuat Allah yang diberikan pada Abraham dalam Kejadian 15 :
Kej 15 : 13-14, 16
13 Firman TUHAN kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya. 14 Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. 16 Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”
Disini Allah memberitahu Abraham bahwa Israel akan datang ke tanah mereka hanya ketika “kedurjanaan orang Amori” tergenapi – atau, ketika mereka telah berdosa begitu banyak sehingga tidak tersisa harapan bagi mereka, hanya penghakiman. Nah, ketika kedurjaan itu belum tergenapi, sekali lagi kita melihat adanya rentang waktu yang memungkinkan mereka untuk bertobat.
Ulangan 9 menunjukkan alasan mengapa  Allah menyatakan pada Yosua untuk melakukan pemusnahan orang Amori :
Ulangan 9 : 1, 4-6
1 “Dengarlah, hai orang Israel! Engkau akan menyeberangi sungai Yordan pada hari ini untuk memasuki serta menduduki daerah bangsa-bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari padamu, yakni kota-kota besar yang kubu-kubunya sampai ke langit… 4 Janganlah engkau berkata dalam hatimu, apabila TUHAN, Allahmu, telah mengusir mereka dari hadapanmu: Karena jasa-jasakulah TUHAN membawa aku masuk menduduki negeri ini; padahal karena kefasikan bangsa-bangsa itulah TUHAN menghalau mereka dari hadapanmu. 5 Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN, Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu, dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub.6 Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!”
Pemindahan bangsa Amori terjadi karena kefasikan (wickedness) mereka sendiri, yang mereka bangun sejak masa Abraham. Poin menarik lainnya adalah bagaimana Allah mengulangi tiga kali kepada Israel bahwa mereka tidak memiliki tanah tersebut karena jasa-jasa mereka, melainkan karena kefasikan orang Amori
Jadi terdapat alasan biblis mengapa Allah mengusir atau menghancurkan suatu bangsa karena dosa mereka (seperti Sodom) dan menggunakan bangsa lain sebagai instrument-Nya untuk melakukan ini (seperti Media yang menghancurkan Babel). Allah adalah Ia yang mematikan dan menghidupkan, seperti yang diatakan Ulangan 32 : 39
Lihatlah sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.
Dalam memahami peristiwa dimana Allah melenyapkan manusia (khususnya dalam kitab Yosua dimana Allah memerintahkan manusia untuk melenyapkan manusia lain (melakukan genosida)), mari kita memahami beberapa hal mendasar, yang juga merupakan rangkuman artikel ini, agar semakin jelas bahwa Allah tidak hanya maha baik dan maha rahim, melainkan Ia juga maha adil
  1. Allah lah yang memberi kehidupan kepada manusia, dan hanya Ia yang berhak untuk mengambilnya kembali
  2. Penghakiman Allah kepada manusia yang dilakukan dengan berbagai cara seperti banjir besar, hujan belerang dan api, serta bangsa Israel yang diperintahkan untuk membunuh, merupakan bentuk hukuman Allah atas dosa manusia
  3. Karena Allah yang memerintahkan bangsa Israel untuk membunuh, dengan ini Ia memberikan ijin kepada manusia untuk mengambil nyawa orang lain.
  4. Namun tindakan membunuh tersebut bukanlah dosa. Mengapa? Karena bangsa Israel sudah mendapatkan ijin dari Allah untuk membunuh. Allah sendiri yang memerintahkan secara langsung, kalau Israel menolak, maka Israel lah yang berdosa karena tidak menaati perintah Allah.
  5. Membunuh disebut dosa hanya ketika manusia melakukannya tanpa persetujuan Allah, karena disini manusia menyamakan dirinya dengan Allah, melalui tindakan mengambil nyawa manusia yang sebenarnya merupakan hak prerogatif Allah. Jangan lupa bahwa kita melihat hal ini dalam konteks Perjanjian Lama, tentu saja bila sekarang ini kita mendengar ada orang yang membunuh dalam nama Allah, hal tersebut tidaklah dibenarkan. Karena di masa Perjanjian Baru dan setelahnya, Allah sendiri tidak pernah memerintahkan hal tersebut.
  6. Bahkan bila ada yang mengaku bahwa Allah sendiri yang berbicara kepada mereka, hal tersebut pun harus diuji. Kitab Suci sendiri mengatakan :
    2 Kor 11 : 4 :”Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang”1 Yoh 4 : 1 :”Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu yang muncul dan pergi ke seluruh dunia”
  7. Meskipun demikian, Allah memberikan waktu bagi manusia untuk bertobat sebelum melaksanakan penghakimannya. Bahkan Allah sendiri menyelamatkan orang-orang benar jika Ia menemukannya.
  8. Penghakiman Allah yang mengambil nyawa manusia dengan berbagai cara, adalah hal yang pantas bagi mereka yang melakukan perbuatan dosa dan tidak mau bertobat
  9. Dengan demikian ,kita bisa memahami bagaimana Allah dengan adil menghukum mereka yang berdosa, dan menyelamatkan mereka yang tidak bersalah.
  10. Tambahan : Kemana perginya jiwa yang dibunuh atau yang membunuh, hanya Allah yang tahu dan hanya Ia yang bisa menilai secara adil akan masuk kemanakah jiwa-jiwa tersebut. 
Artikel lebih lengkap, silakan klik : Mengapa Allah Memerintahkan untuk Membunuh dalam Perjanjian Lama?
c) Dosa asal; bahkan bayi yang baru lahir telah harus ikut menanggung beban dosa sebagai keturunan Adam yang berdosa. Apakah Tuhan pendendam? Saya mengikuti penjelasan filosofis di bagian akhir artikel Anda, tetapi saya merasa mempunyai penjelasan yang lebih ‘bersifat pewahyuan’ seperti saya sampaikan di alinea terakhir komentar saya ini.
1. Allah menciptakan manusia pertama dengan memberikan 4 rahmat yang disebut 4 peternatural gifts, yang adalah:
(a) immortality/ tidak tunduk terhadap kuasa maut,
(b) immunity from suffering / tidak dapat menderita,
(c) infused knowledge,
(d) integrity, yaitu harmoni dan tunduknya segala macam keinginan dan emosi dari kedagingan kita kepada reason (akal budi) (Lih KGK, 405, 337).
2. Dosa yang dilakukan manusia pertama adalah dosa kesombongan. Dimana akibatnya adalah manusia pertama kehilangan 4 rahmat tersebut.
3. Saya ingin fokus pada the gift of integrity,  yaitu segala keinginan daging yang tunduk kepada akal budi. Meskipun manusia memiliki akal budi, ia juga memiliki kehendak bebas. Namun dengan adanya gift of integrity, seharusnya akan sangat sulit bagi Adam dan Hawa untuk berbuat dosa.
Dan seperti yang sudah diketahui, malaikat yang kemudian memberontak melawan Allah juga dikarenakan kahendak bebasnya, dimana malaikat memilih untuk tidak taat kepada Allah.
4. Pada kasus Adam dan Hawa, Hawa terpikat dengan janji yang diucapkan oleh si ular, bahwa setelah memakan buah itu ia akan “menjadi seperti Allah” (Kej 3:5). Ingat, bahwa manusia pertamalah yang memutuskan untuk memakan buah tersebut dengan kehendak bebasnya, bukan ular.
5. Karena dosa yang dilakukan Adam dan Hawa inilah, keturunan mereka memiliki dosa asal. Adam dan Hawa juga kehilangan preternatural gift yang sebelumnya diberikan pada mereka. Namun mengapa dampak dari dosa asal ini juga terkena pada keturunannya? Berikut ini adalah jawaban dari St. Thomas Aquinas
Satu Individual dapat diperhitungkan sebagai satu individual atau sebagai bagian dari suatu keseluruhan, anggota sebuah masyarakat…Dilihat dari keadaan ke dua, sebuah tindakan dapat menjadi tindakan dia meskipun tidak dilakukan oleh dirinya sendiri maupun dilakukan atas kehendak bebasnya sendiri, melainkan dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya atau oleh kepala masyarakat tersebut, sebuah negara akan dianggap melakukan apa yang dilakukan oleh sang pangeran negara tersebut.Karena, sebuah lingkungan masyarakat dilihat sebagai satu manusia tunggal dengan anggota yang berbeda-beda(1 Kor 12 : 12).Maka manusia yang menerima sifat alami manusia dari Adam harus dilihat sebagai komunitas tunggal, atau sebagai satu tubuh.Jika manusia, yang telah kehilangan keadilan asli akibat dosa Adam dilihat sebagai pribadi yang tunggal, maka kehilangan (keadilan asli) ini bukanlah kesalahan dia, karena sebuah kesalahan pada dasarnya dilakukan dengan kerelaan.Tetapi, bagaimanapun, jika kita melihat manusia sebagai anggota dari keluarga Adam,seperti seolah-olah semua manusia adalah satu orang, maka kehilangan (keadilan asli) manusia mengambil bagian dari akibat dosa yang berhubungan dengan kerelaan (dosa) pada awalnya, yaitu dosa aktual Adam.(De Malo, iv, 1)
Sebenarnya pertanyaan anda sudah terjawab dalam artikel Apakah Katolik Mengenal Adanya Hukum Karma? Berikut saya kutipkan lagi jawabannya :
“Karena prinsip partisipasi, di mana Tuhan menginginkan agar manusia berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan, baik dari sisi penciptaan manusia maupun untuk memberikan berkat-berkat yang lain. Kalau begitu, bukankah itu tidak adil untuk manusia setelah Adam dan Hawa? Sebenarnya, kalau kita di posisi Adam dan Hawa, kita juga dapat melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, yaitu melanggar apa yang diperintahkan oleh Tuhan.”
6. Namun Allah tidak bisa dikatakan pendendam hanya karena keturunan manusia pertama memiliki dosa asal. Mengapa? Allah sejak awal sudah mengetahui (mengetahui =/= menentukan) bahwa manusia pertama akan berdosa, oleh karena itulah Ia mengirim Putra-Nya ke dunia, sehingga hubungan antara manusia dan Allah bisa dipulihkan. Penebusan Kristus memulihkan rahmat pengudusan, dengan melalui sakramen baptis, dimana sakramen baptis memiliki efek untuk menghapuskan dosa asal.
KGK 1263  Oleh Pembaptisan diampunilah semua dosa, dosa asal, dan semua dosa pribadi serta siksa-siksa dosa. Di dalam mereka yang dilahirkan kembali, tidak tersisa apa pun yang dapat menghalang-halangi mereka untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Baik dosa Adam maupun dosa pribadi demikian pula akibat-akibat dosa, yang terparah darinya adalah pemisahan dari Allah, semuanya tidak ada lagi.
7. Berikut ini sedikit penjelasan tambahan dari Peter Kreeft, di dalam buku Pedoman Apologetik Kristen jilid 1, hal 162:
Sebagaimana ada suatu solidaritas dalam dosa sepanjang kehidupan umat manusia, maka ada pula solidaritas dalam penebusan. Sama seperti dosa-dosa yang dilakukan seseorang dapat mencelakakan orang-orang yang tak bersalah, demikian pula penderitaan dan kebaikan dari orang yang tidak bersalah dapat menolang menebus orang yang bersalah.
Penebusan vikaris berarti bahwa penderitaan-penderitaan yang tampaknya tidak ada manfaatnya bagi seseorang yang merasakannya, pun dapat membawa manfaatnya bagi seseorang yang merasakannya, pun dapat membawa manfaat bagi seseorang dan dapat menolong menebus dosa secara tak kentara, melalui solidaritas kemanusiaan. Karena Penebus itu secara harafiah adalah saudara kita dan penderitaannya menyelamatkan seluruh keluarganya. Kita sekarang dapat turut ambil bagian dalam pekerjaan Kristus dan saling turut merasakan penderitaan orang lain. Golgota itu bukanlah perbuatan orang yang sinting, atau suatu perkecualian; melainkan inti dari roda sejarah, pusat dari sistem, dan batang dari sebuah pohon (kolose 1:24)
8.  Karena dosa asal, manusia memiliki kecenderungan untuk berdosa (concupiscence). Namun Tuhan juga menyediakan sakramen tobat bagi kita, sehingga umat yang berdosa dapat memperoleh pengampunan dan dapat berjuang mempertahankan dan meningkatkan kekudusan hidupnya.
9. Jadi, tidak mungkin dikatakan bahwa Allah pendendam bila Ia masih memberikan kesempatan bagi manusia untuk menghapus dosa asal melalui pembaptisan dan untuk bertobat. Tidak mungkin Allah pendendam bila Ia mengirim Putra-Nya untuk menebus dosa manusia dengan wafat-Nya di salib.
d) Siapakah yang menggoda manusia untuk berbuat dosa? (jawaban umum) Setan. Bukankah Setan tempatnya di neraka? Apakah Tuhan memberi cuti kepada Setan untuk menggoda manusia? Bagaimana memahami kebaikan / keadilan / kesempurnaan Tuhan, yang ‘setiap hari’ menciptakan bayi-bayi manusia yang akan menjadi sasaran godaan Setan?
Tuhan memang mengijinkan setan untuk menggoda manusia yang masih hidup di dunia ini.  Meskipun Tuhan membiarkan setan menggoda manusia, Tuhan memberikan rahmat bagi umatnya untuk melawan godaan setan. Disinilah kita bisa memahami kebaikan Tuhan, dimana walaupun manusia digoda setan, Ia tidak meninggalkan umat-Nya begitu saja.
KGK 395 Tetapi kekuasaan setan bukan tanpa batas. Ia hanya ciptaan belaka. Walaupun kuat, karena ia adalah roh murni, namun ia tetap saja makhluk: ia tidak dapat menghindarkan pembangunan Kerajaan Allah. Setan ada di dunia karena kebenciaannya terhadap Allah dan ia bekerja melawan Kerajaan-Nya yang berlandaskan Yesus Kristus. Usahanya membawa kerugian fisik bagi tiap manusia dan tiap masyarakat. Walaupun demikian, usahanya itu dibiarkan oleh penyelenggaraan ilahi, yang mengatur sejarah manusia dan dunia dengan penuh kekuatan dan sekaligus dengan lemah lembut. Bahwa Allah membiarkan usaha setan merupakan satu rahasia besar, tetapi “kita tahu, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Rm 8:28).
Mungkin anda juga bertanya, bila Tuhan baik mengapa Ia tidak menghapuskan kejahatan yang terjadi di dunia? St. Thomas Aquinas menjawab bahwa kejahatan dibiarkan di dunia ini karena Allah bisa menghasilkan kebaikan yang lebih besar dari kejahatan (namun ini tidak berarti membenarkan kejahatan tersebut) :
Reply to Objection 1. As Augustine says (Enchiridion xi): “Since God is the highest good, He would not allow any evil to exist in His works, unless His omnipotence and goodness were such as to bring good even out of evil.” This is part of the infinitegoodness of God, that He should allow evil to exist, and out of it produce good.
Tidak terasakah bahwa secara tidak langsung kita melekatkan atribut sifat tidak baik kepada Tuhan. Tidak terasakah bahwa mungkin kita mengenal Tuhan secara keliru? Bisakah kita meninggalkan zona nyaman kita dan mencari jawab kenapa hal itu terjadi?
Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, andalah yang melekatkan atribut sifat tidak baik kepada Tuhan. Anda jugalah yang secara keliru mengenal Allah.
Jadi semua pertanyaan anda sudah terjawab dengan baik. Dan apa yang anda sebut sebagai kontradiksi sebenarnya sama sekali bukanlah kontradiksi. Reinkarnasi bukanlah jalan keluar dari empat pertanyaan yang anda ajukan.
2) Mungkinkah hirarki Gereja keliru dalam menilai dan menyikapi adanya reinkarnasi?
Tidak!, adalah jawaban yang umat harapkan. Tetapi menyimak pengalaman kasus Galileo Galiei, dll., saya memberanikan diri untuk menjawab: Mungkin.
Gereja tidak bisa keliru dalam mengajarkan ajaran iman dan moral, dan Gereja juga tidak salah dalam menolak reinkarnasi. Jawaban “Tidak” adalah jawaban yang berdasarkan fakta dan argumen Kitab Suci dan Bapa Gereja
Sedangkan persoalan Galileo sama sekali bukan persoalan iman dan moral, melainkan termasuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Saya sendiri ragu apakah anda benar-benar paham terhadap kontroversi Galileo dan Gereja Katolik, untuk itu silakan membaca artikel ini : Kontroversi Galileo.
Bagi saya pengakuan akan Tuhan Yesus mempunyai kebenaran mutlak, baik secara iman maupun teoritis. Bagi saya reinkarnasi juga mempunyai kebenaran mutlak.
Yesus mendirikan Gereja-Nya diatas Petrus, dan Ia berjanji (dalam Mat 16 : 18) bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja. Kitab Suci (dalam 1 Timotius 3 : 15) berkata bahwa Gereja adalah pilar dan dasar kebenaran. Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13). Bila anda mengakui Yesus mempunyai kebenaran mutlak, maka seharusnya anda juga akan mengakui bahwa Gereja yang didirikan Yesus Kristus juga memiliki kebenaran mutlak.
Ahli sejarah Ellain Pagels dalam Beyond Belief, mengungkap banyak hal sekitar konsili Nikea dan proses sesudahnya. Konsili Nikea adalah awal dimilikinya Alkitab yang satu dan seragam; sebelum itu Gereja tidak mempunyai Alkitab. Yang menarik adalah bahwa proses ‘penyusunan’ Alkitab dilakukan dengan memilih ajaran yang dianggap benar dan menyisihkan yang dianggap salah (dan memusnahkannya?). Saya membayangkan bahwa dalam konsili itu terjadi pro-dan-kontra. Merujuk kepada MATIUS 13:26-29 (Perumpamaan tentang Gandum dan Ilalang) saya berpendapat bahwa sangat boleh jadi “para bapa Gereja yang adalah para pekerja di ladang Tuhan” telah melakukan kekeliruan berupa mencabut gandum (pengajaran benar); dalam antisipasi ini saya membuka diri untuk menemukan gandum yang oleh para bapa Gereja telah keliru diidentifikasi sebagai ilalang.
1. Konsili Nikea bukanlah awal dimana umat Kristen perdana memiliki alkitab yang lengkap yang terdiri dari 72 Kitab. Sayang sekali sumber yang anda kutip tidak memiliki penjelasan historis yang akurat. Adalah hasil keputusan Konsili Carthage yang mengkanonkan alkitab secara lengkap.
Where We Got The Bible
Chapter IV. Catholic Church Compiles the New Testament
(iii) Here, as I said before, comes in the Council of Carthage, 397 A.D., confirming and approving the decrees of a previous Council (Hippo, 393 A.D.) declaring, for all time to come, what was the exact collection of sacred writings thenceforth to be reckoned, to the exclusion of all others, as the inspired Scripture of the New Testament. That collection is precisely that which Catholics possess at this day in their Douai Bible. That decree of Carthage was never changed. It was sent to Rome for confirmation. 
2. Bapa Gereja tentu saja harus memilih kitab mana yang berisi ajaran yang benar-benar sesuai dengan ajaran Yesus Kristus dan menolak ajaran yang tidak sesuai.  Mengapa? Karena pada jaman itu, ada banyak kitab-kitab lain yang beredar yang mengklaim bahwa di dalam kitab itu terdapat ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul dan penerusnya yang sebenarnya, padahal kitab tersebut tidak berasal dari para rasul dan didalamnya terdapat ajaran-ajaran sesat seperti ajaran gnostik.
3. Pada jaman itu juga terdapat tiga kategori dari tulisan-tulisan yang beredar : kitab yang diakui sebagai kanonis, kitab yang diperdebatkan atau menimbulkan kontroversi, serta kitab yang dideklarasikan sebagai kitab palsu. Berikut ini sedikit penjelasan tentang ketiga kategori tersebut tanpa harus masuk ke dalam penjelasan yang mendetail.
(i) Before the collection of New Testament books was finally settled at the Council of Carthage, 397, we find that there were three distinct classes into which the Christian writings were divided. This we know (and every scholar admits it) from the works of early Christian writers like Eusebius, Jerome, Epiphanius, and a whole host of others that we could name. These classes were
(I) the books ‘acknowledged’ as Canonical 
(2) books ‘disputed’ or ‘controverted’,
(3) books declared ‘spurious’ or false.
Lastly (3) there was a class of books floating about before 397 A.D., which were never acknowledged as of any value in the Church, nor treated as having Apostolic authority, seeing that they were obviously spurious and false, full of absurd fables, superstitions, puerilities, and stories and miracles of Our Lord and His Apostles which made them a laughing-stock to the world. Of these some have survived, and we have them today, to let us see what stamp of writing they were; most have perished. But we know the names of about 50 Gospels (such as the Gospel of James, the Gospel of Thomas, and the like), about 22 Acts (like the Acts of Pilate, Acts of Paul and Thecla, and others), and a smaller number of Epistles and Apocalypses. These were condemned and rejected wholesale as ‘Apocrypha’—that is, false, spurious, uncanonical. 
4. Saya ingin menyoroti kategori ketiga. Kitab yang masuk dalam kategori ketiga diaktakan sebagai kitab yang tidak memiliki otoritas apostolik, merupakan kitab yang palsu, penuh takhayul, dsb. Kitab tersebut ditolak dan masuk dalam kategori apokripa, yaitu kitab palsu, tidak kanonis. Nah, salah satu yang termasuk dalam kategori ini adalah Injil Thomas yang kemudian anda kutip untuk mendukung penjelasan tentang reinkarnasi.
5. Mungkinkah Bapa Gereja melakukan kekeliruan seperti yang anda katakan? Jawabannya tidak mungkin. Mengapa? Karena mereka adalah saksi yang hidup belum lama setelah kenaikan Kristus ke surga. Mereka masih bisa mengetahui mana yang merupakan ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul dan penerusnya, dan mana yang bukan. Kredibilitas mereka bisa dipercaya. Justru sebaliknya, bila mereka keliru, maka perkataan kitab suci yang ini “Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13)” dan ini “Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman(Mat 28:20)” menjadi tidak berarti. Mungkinkah Yesus yang adalah Tuhan membiarkan kesalahan ini sampai ribuan tahun? Sungguh tidak masuk akal.
6. Pada akhirnya, Gereja Katoliklah yang memang harus menentukan kitab mana yang diinspirasi Roh Kudus, mana yang bukan. Mana yang asli, dan mana yang palsu; kitab mana yang apostolik dan bukan apostolik. Dibawah bimbingan Roh Kudus, maka Gereja bisa menentukan kitab mana yang memuat ajaran yang benar dan mana yang salah.
There are henceforward but two classes of books—inspired and not inspired.Within the covers of the New Testament all is inspired; all without, known or unknown, is uninspired. Under the guidance of the Holy Ghost the Council declared ‘This is genuine, that is false’; ‘this is Apostolic, that is not Apostolic’. She sifted, weighed, discussed, selected, rejected, and finally decided what was what. Here she rejected a writing that was once very popular and reckoned by many as inspired, and was actually read as Scripture at public service; there, again, she accepted another that was very much disputed and viewed with suspicion, and said: ‘This is to go into the New Testament.’ She had the evidence before her; she had tradition to help her; and above all she had the assistance of the Holy Spirit, to enable her to come to a right conclusion on so momentous a matter.
3) Apakah Tuhan Yesus pernah mengajar tentang reinkarnasi?
Karena bagi saya reinkarnasi adalah sesuatu yang nyata, dan karena Yesus adalah Tuhan yang mengetahui segala sesuatu, saya sungguh berharap untuk bisa menemukan pengajaran Tuhan Yesus tentang reinkarnasi. Dan, ya, saya telah menemukannya.
Tahun 1945 di Nag Hammadi, Mesir, ditemukan kumpulan catatan yang antara lain berisi tentang The Secret Teachings of Jesus. Penerjemahannya memerlukan waktu lama, The Secret Teachings of Jesus dalam bahasa Inggris diterbitkan tahun 1986, dan seseorang memberikan fotocopy buku itu kepada saya tahun 2000. Para ahli menilai The Secret Teachings of Jesus adalah pengajaran yang masuk dalam kelompok gnostic yang ditolak oleh Gereja kanonik.
Sejak saya menerimanya, bertahun-tahun secara mandiri saya melakukan permenungan dan kontemplasi atas buku tersebut. Saya bersyukur, karena dari buku itu saya menemukan konfirmasi atas berbagai hal yang sebelumnya hanya merupakan hipotesa. Saya bersyukur bahwa, ya, Tuhan Yesus mengangkat adanya reinkarnasi.
Sekarang, mengangkat kembali alinea pertama artikel Anda, kalau makna “ajaran iman kita” adalah “ajaran Gereja Katolik saat ini” maka Anda benar tentang tidak ada reinkarnasi, tetapi kalau kita memaknainya sebagai “ajaran iman kepada Tuhan Yesus” dan The Secret Teachings of Jesus bisa dipertimbangkan sebagai pengajaran Tuhan Yesus maka Anda salah, karena saya temukan bahwa Tuhan Yesus ada mengajar tentang reinkarnasi.
1. Tulisan-tulisan yang ditemukan di Nag Hammadi banyak berisi ajaran sesat gnostikisme, dimana sejak awal ajaran tersebut sudah ditolak oleh Gereja Katolik.
2. Kalau anda sudah banyak merenung dan kontemplasi atas buku2 tersebut, mungkin sekarang saatnya anda berpikir dengan akal budi anda untuk mencari tahu ajaran Gereja Katolik dari buku-buku yang resmi dan terpercaya.
3. Pada paragraf terakhir tulisan anda, terlihat bahwa anda ingin memisahkan antara “ajaran gereja katolik” dan “ajaran iman kepada Tuhan Yesus.” Baik Yesus dan Gereja-Nya adalah satu, tidak terpisahkan. Yesus adalah Kepala, dan Gereja adalah tubuh-Nya. Apa yang diajarkan oleh Gereja bersumber dari Yesus sendiri.
Bagian II: Reinkarnasi Non-Kristiani
1. Saya setuju dengan artikel Anda poin A.3, “Ajaran tentang karma dan reinkarnasi mengajarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan sejati atau surga tanpa campur tangan Tuhan, karena semuanya adalah melalui perbuatan baik. Padahal di dalam ajaran Katolik, tanpa campur tangan Tuhan, yaitu Inkarnasi – Tuhan yang menjelma menjadi manusia – maka manusia tidak akan dapat mencapai keselamatan.”
2. Sejauh saya tahu, agama Hindu dan agama Budha tidak termasuk dalam kelompok agama yang berdasarkan pewahyuan. Saya mengkategorikan dua agama ini sebagai “agama yang berdasar kepada praktek hidup yang mulia”. Saya menghormati agama dan para pendiri dari dua agama ini sebab usaha mereka untuk memahami tujuan mulia dari kehidupan telah menuntun manusia menghargai bukan hanya yang nampak oleh mata tetapi juga yang tidak nampak. Saya tidak setuju bahwa ajaran mereka tentang “karma dan reinkarnasi” adalah ajaran yang salah.
Sayang sekali disini anda sekedar mengklaim  ”Saya tidak setuju bahwa ajaran mereka tentang “karma dan reinkarnasi” adalah ajaran yang salah.” tanpa memberikan argumentasi apapun.
Sejauh saya tahu, agama Hindu dan agama Budha mengajarkan bahwa reinkarnasi berlangsung terus menerus, dan bahwa didalamnya ada berlaku hukum karma, dimana manusia dituntut untuk hidup baik agar bisa menjalani hidup yang bahagia dikemudiannya. Manusia bisa mengakhiri rantai inkarnasinya dengan melalui hidup yang sungguh-sungguh baik dan tidak terikat dunia; saya tidak tahu apakah pengakhiran ini mensyaratkan bahwa semua karma telah lebih dulu terbayar. 
Terdapat beberapa keberatan terhadap ajaran tersebut :
1. Kalau reinkarnasi memang bertujuan agar manusia dituntut hidup baik di kehidupan selanjutnya, bagaimana ia bisa tahu bahwa ia dituntut untuk hidup baik bila sebelumnya ia tidak ingat apa saja yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa memahami bahwa kehidupan sekarang adalah kesempatan untuk memperbaiki kehidupan sebelumnya?
2. Ada juga yang berpendapat bahwa jiwa manusia bisa masuk ke dalam binatang ataupun tumbuhan. Nah, bila memang benar demikian bagaimana manusia bisa memperbaiki kehidupannya, sedangkan bila ia bereinkarnasi menjadi hewan atau binatang, otomatis ia tidak akan bisa berprilaku seperti manusia?
3. Reinkarnasi yang terjadi secara terus-menerus dan karenanya manusia dituntut untuk hidup baik merupakan sebuah ajaran yang menyangkal keberadaan neraka. Sedangkan kitab suci sendiri menyatakan dengan jelas bahwa neraka itu ada (dan nerka digambarkan sebagai api yang tak akan padam, api abadi) :
Yes 33 : 14 Orang-orang yang berdosa terkejut di Sion orang-orang murtad diliputi kegentaran. Mereka berkata: “Siapakah di antara kita yang dapat tinggal dalam api yang menghabiskan ini? Siapakah di antara kita yang dapat tinggal di perapian yang abadi ini?”
Yes 66 : 24 Mereka akan keluar dan akan memandangi bangkai orang-orang yang telah memberontak kepada-Ku. Di situ ulat-ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam, maka semuanya akan menjadi kengerian bagi segala yang hidup.
Mat 3 : 12 Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
Mat 5 : 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala
Mat 25 : 46 “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”
Mark 9 : 43-44 : 43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)
4. Bila reinkarnasi benar terjadi, bagaimana mungkin populasi penduduk bisa bertambah jumlahnya? Sebagai contoh, katakanlah populas penduduk di akhir tahun 1900-an adalah 2 miliar, sedangkan populasi sekarang sekitar 7 miliar. Jika jiwa 7 miliar ini pernah mengalami kehidupan di masa lalu,  dari mana asalnya populasi 5 miliar lainnya?
3. Di abad 21 ini, reinkarnasi dan hukum karma tidak lagi menjadi monopoli agama Hindu dan Budha, psikologi dan hipnosis modern melalui metode regresi kehidupan telah banyak mengungkap kisah jiwa-jiwa yang ber-reinkarnasi; baca Michael Newton: Journey of Souls, Destiny of Souls, Robert Schwartz: Courageous Souls. Sesungguhnya, beberapa suku di Indonesia juga mengenal adanya reinkarnasi, hanya tidak ada dokumentasi jelas tentangnya.
Jiwa-jiwa dalam riset Dr. Newton mengungkapkan bahwa tujuan reinkarnasi adalah untuk belajar, untuk menjadi sempurna dan pantas menyatu kembali dengan Sang Sumber. Karma bukanlah bentuk pembalasan tetapi adalah bentuk usaha penyeimbangan melalui mengalami sendiri penderitaan yang pernah ia lakukan kepada orang lain didalam hidup yang lampau. Ada disana “perencanaan pra-lahir” yang mungkin memasukkan tindakan “a-sosial” seperti pembunuhan. Bila menjadi bagian perencanaan pra-lahir, perbuatan a-sosial seperti itu dikategorikan sebagai tidak berdampak karmic; pelakunya dianggap tidak melakukan kesalahan.
Sama dengan reinkarnasi menurut Hindu dan Budha, pengenalan abad 21 juga mengungkap reinkarnasi sebagai berlangsung lagi dan lagi. Secara teoritis, saya berpendapat sebagai “akan berulang tanpa akhir”, sebab, bila tujuan reinkarnasi adalah untuk menjadi sempurna kapankah itu bisa dicapai?
Tidak banyak yang bisa ditanggapi karena anda hanya menyebutkan referensinya saja, akan lebih baik bila anda bisa memberikan link yang mendukung penjelasan anda, sehingga saya pun bisa memahami dan menanggapi.
Anda merujuk pada jiwa-jiwa pada penelitian yang dilakukan Dr. Newton. Beberapa keberatan yang muncul dari penjelasan anda :
1. Apa yang dialami jiwa-jiwa tersebut hanya dialami oleh sebagian kecil orang, dan bukan merupakan sesuatu yang bersifat universal. Dan kesaksian dari segelintir orang sama sekali tidak berarti apa-apa.
2. Apa yang dialami jiwa-jiwa tersebut bisa saja merupakan sesuatu yang berasal dari Iblis, yang memang ingin mendistorsi dan memutar balikkan ajaran Yesus Kristus dan ajaran Gereja yang sebenarnya (Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa Gereja menolak reinkarasi).
3. Sebuah kebenaran tidak bisa ditentukan dari pengalaman sebagian kecil orang yang sifatnya relatif dan subjektif.
4. Klaim tentang “regresi masa lalu” sering kali tidaklah ilmiah, terlalu impresif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Silakan baca artikel 12 Claims Every Catholic Should Be Able To Answer khususnya nomor 12 dan artikel ini : Church has no stance on hynotism, but urges all to beware of abuse halaman 1 dan halaman 2
5. Baca juga tanggapan dari katolisitas.org pada bagian ini dan ini

Bagian III: Reinkarnasi Yang Kristiani
Reinkarnasi Yang Kristiani adalah reinkarnasi yang mengandalkan pertolongan Tuhan sebagai jalan keluar. Acuan utama saya adalah The Secret Teaching of Jesus, yang didalamnya mencakup: Catatan Rahasia Yakobus, Catatan Thomas, Injil Thomas, dan Catatan Rahasia Yohanes.
Tulisan-tulisan diatas adalah tulisan yang tidak diakui oleh Bapa gereja dan juga Otoritas Gereja sebagai tulisan yang berasal dari para rasul dan tidak memiliki wibawa apostolik.
Saya bersyukur bahwa Gereja kanonik memperkenalkan kebenaran Kristus. Itu telah menjadi batu penjuru pencarian saya yang mengembara di belantara reinkarkanasi. Sayang bahwa pengetahuan kebenaran tentang Kristus itu tidak cukup jernih dibarengi dengan pengetahuan akan derita hidup manusia yang terikat dalam reinkarnasi.
Siapakah manusia?
(Injil, YOH 6:63) ’Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna.’, dikonfirmasi oleh (Catatan Rahasia Yohanes 11:5) ’Benda ini adalah pusara, badan yang baru saja diciptakan oleh para penjahat ini dan dikenakan pada manusia sebagai belenggu ketidak-ingatan.’, dan dikonfirmasi juga oleh
(Catatan Thomas 2:12) ’…. sebab badan ini adalah suatu badan binatang. Seperti halnya badan binatang binasa, maka juga wujud ini akan binasa.’
Injil Thomas, Perkataan (56), Yesus berkata, “Siapa yang telah mengenali dunia telah menemukan suatu bangkai, dan siapa telah menemukan suatu bangkai adalah lebih berharga dibanding dunia.”
Catatan Thomas (4:17) “…., disebabkan oleh kecintaan mereka atas kepercayaan yang pernah mereka punyai. Mereka akan dikembalikan kepada dunia yang kelihatan”
Catatan Thomas (6:4), tentang perjalanan jiwa pada setelah kematian, “….. akan diserahkan kepada penguasa di tempat tinggi, yaitu yang memerintah sebagai raja di atas semua penguasa. Penguasa ini akan memaksa orang untuk kembali; ….”
Menimbang cuplikan-cuplikan tersebut, sesungguhnya, manusia adalah kemuliaan yang tengah tertawan di dalam penjara badan.
Apabila badan ini adalah: badan binatang (Catatan Thomas) yang diciptakan sebagai belenggu ketidak-ingatan (Catatan Rahasia Yohanes), dan daging yang sama sekali tidak berguna (Injil Yohanes), saya kira adalah suatu kekeliruan kalau kita menantikan “kebangkitan badan” (seperti yang dinyatakan dalam Syahadat Singkat).
Saya usul agar kita tidak menantikan “kebangkitan badan”, tetapi menantikan “kebangkitan orang mati” (yang dinyatakan dalam Syahadat Panjang), dalam makna, “orang mati” adalah mereka yang jauh dari Tuhan, tertawan dalam belenggu ketidak-ingatan, dan “kebangkitan orang mati” adalah tersadar dari ketidak-ingatan, menjadi mempunyai sayap untuk meninggalkan keharusan reinkarnasi. Catatan Thomas (3:13b) ….. Pencari akan mengenakan sayap untuk lepas dari tiap-tiap roh yang dapat dilihat.”
Ketika tidak lagi merindukan “kebangkitan badan” kita bisa membuka diri kepada kebenaran dari peristiwa atau proses dimana jiwa-jiwa dilempar kembali ke dalam badan.
Kenapa manusia ada di Bumi / Semesta Tidak Sempurna?
Semesta Sempurna, adalah tempat dimana semestinya manusia-jiwa dan “keturunannya” berada. Di sana, dalam tuntunan Roh Kudus semua dalam keadaan baik dan tidak berkekurangan.
Tetapi “pendahulu kita” meninggalkan tuntunan Roh Kudus, meninggalkan Semesta Sempurna dan menciptakan Semesta Tidak Sempurna. Semesta Tidak Sempurna adalah tempat dimana manusia-jiwa kita terlahir dan kini hidup terpenjara dalam badan dan dalam ketidak-ingatan.
Ringkas tentang “reinkarnasi yang kristiani”:
1) Semula, manusia-jiwa berada di surga (di dalam Semesta Sempurna). Di sana, dalam tuntunan Roh Kudus semua dalam keadaan baik dan tidak berkekurangan.
2) Sampai kemudian ada satu yang mengesampingkan tuntunan Roh Kudus. Dari tindakan-nya itu untuk pertama kali hadirlah ketidaksempurnaan. Meski tidak sempurna, namun ia penuh kuasa. Ia menjauhkan diri dari Semesta Sempurna dan menciptakan otoritas-nya sendiri, yaitu Semesta Tidak Sempurna.
3) Kita manusia adalah keturunan yang terlahir didalam Semesta Tidak Sempurna. Kita terhalang dari mengenal TUHAN YANG DIATAS SEMUA. Tetapi, manusia hadir/lahir dengan cara yang istimewa, didalam manusia hadir serta BENIH TERANG (selanjutnya saya sebut manusia-jiwa) yang terpenjara didalam manusia-badan. Karenanya, sekalipun sedang berada di dalam Semesta Tidak Sempurna, secara samar-samar manusia mempunyai ingatan akan adanya Semesta Sempurna. Menelusur ingatannya yang samar-samar itu, manusia bertumbuh dari animis kepada politheis kepada monotheis, dan dari sana diharapkan untuk bertumbuh kepada mengenal TUHAN YANG DIATAS SEMUA.
4) Ketika seorang manusia-jiwa tiba mengenal TUHAN YANG DIATAS SEMUA, ia akan disebut orang-benar. Sebelum manusia-jiwa mengenal TUHAN YANG DIATAS SEMUA, pada setiap ujung akhir hidupnya ia akan dipaksa kembali hadir di dalam badan, yang sesungguhnya adalah penjara bagi manusia-jiwa; demikianlah ia akan re(kembali) in(ke dalam) karnas(badan) atau reinkarnas atau menjalani reinkarnasi.
5) Proses reinkarnasi akan berlangsung terus, sampai dengan manusia-jiwa mengakui kebenaran Sabda dari TUHAN YANG DIATAS SEMUA (YESUS KRISTUS) yang ada tercatat dalam Injil YOHANES 8:24 ‘sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’ Demikianlah, sampai dengan saat itu, manusia-jiwa akan harus tertatih bolak-balik meniti hidup badani sebab ia disesatkan oleh persepsi kebenaran-nya.
6) YESUS KRISTUS adalah ALLAH BENAR yang inkarnasi dari Keberadaan-NYA yang ‘diatas’ Semesta Sempurna. IA hadir untuk mengajar dan menjadi tonggak pengenalan manusia-jiwa akan ALLAH YANG BENAR, yaitu ALLAH YANG ADALAH KASIH. Melalui SALIB dan TETES DARAH-NYA, YESUS KRISTUS menundukkan Kuasa KetidakSempurnaan dan dengan itu mengambil bagi-NYA kuasa untuk menolong sesiapapun yang berharap kepada-NYA. Injil MATIUS 28:18 “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Kuasa-Nya bukanlah kuasa yang IA gunakan untuk memaksa, melainkan untuk menyadarkan, mengampuni, dan membebaskan manusia-jiwa dari keinginan-rendah-nya dan dari penghalangan oleh Kuasa KetidakSempurnaan.
7) Pengenalan manusia-jiwa akan YESUS KRISTUS adalah tanda manusia-jiwa terbebas dari DOSA ASAL (yang bagi saya bermakna: dosa TIDAK MENGENAL TUHAN YANG DIATAS SEMUA; baca ulang YOH 8:24). SALIB YESUS KRISTUS adalah jalan bagi manusia-jiwa untuk menerima pengampunan dan umtuk lolos melewati semua kuasa yang ingin mengembalikan-nya ke dalam badan.
1. Apa yang anda katakan tentang reinkarnasi sebenarnya merupakan pengulangan dari ajaran Plato. Plato memandang bahwa tubuh adalah penjara bagi jiwa. Menurutnya, jiwalah yang menggerakkan tubuh, seperti sopir yang mengendarai mobil.
St. Thomas Aquinas menunjukkan beberapa masalah dengan posisi Plato tersebut :
[I]t is manifest that the soul is that by which the body lives, for to live is the being of the living thing: the soul therefore is that by which the human body has actual existence. It belongs to a form to give actual existence. Therefore the soul is the form of the body. So if the soul were in the body as a sailor in a ship, it would not make the body the kind of thing it is, nor the body’s parts the kind of thing they are. The contrary, however, is obvious from the fact that once the soul leaves the body, the particular parts do not retain their original name except by equivocation. For the dead eye is called an eye by equivocation, as are stone eyes and eyes in pictures; and same with the rest of the parts. And furthermore, if the soul were in the body as a sailor in a ship, it would follow that the union of body and soul was accidental. Death, therefore, which brings about the separation of body and soul, would not be the corruption of any substance—but this is obviously false.[10]
2. Sesuatu yang menggerakkan hal lain tidak menyebabkan hal tersebut menjadi ada. Pelaut tidak menyebabkan kapal menjadi kapal. Prinsip kehidupan atau jiwa lah yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang hidup. Karenanya jiwa tidak bisa dikatakan HANYA sebagai penggerak tubuh. Jika jiwa hanya penggerak tubuh, maka tubuh tidak lain hanyalah boneka yang dikendalikan oleh jiwa.
3. Masalah lainnya adalah, bila kita menganggap jiwa adalah penggerak tubuh sama seperti sopir yang mengendarai/menggerakkan mobil, maka ketika sopir tersebut meninggalkan mobil, mobil tersebut tidak akan mengalami kerusakan. Sedangkan ketika jiwa meninggalkan tubuh, maka tubuh akan terkorupsi atau mengalami kerusakan/pembusukan.
4. Kesatuan antara jiwa dan tubuh dapat dilihat dari dua bukti. Pertama adalah korupsi atau rusaknya tubuh ketika jiwa meninggalkan tubuh. Kedua, adanya masalah-masalah mental yang dihasilkan dari masalah fisik (seseorang yang sakit parah mungkin akan mengalami depresi), dan masalah fisik yang dihasilkan dari masalah mental (contohnya : depresi berat yang menyebabkan memburuknya kondisi fisik seseorang). Jadi, jiwa bukanlah sekedar penggerak tubuh, melainkan terdapat kesatuan antara tubuh dan jiwa, dimana jiwa memberi kehidupan kepada tubuh.
5. Anda mengatakan “Kita manusia adalah keturunan yang terlahir didalam Semesta Tidak Sempurna. Kita terhalang dari mengenal TUHAN YANG DIATAS SEMUA.” Pernyataan ini bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, dimana Gereja mengajarkan bahwa dengan akal budi manusia bisa mengenal Allah :
KGK 36 “Bunda Gereja kudus memegang teguh dan mengajar bahwa Allah, sumber dan tujuan segala makhluk, dapat diketahui dari segala makhluk ciptaan, melalui sinar kodrati akal budi manusia” (Konsili Vatikan 1: DS 3004) Bdk. DS 3026; DV 6.. Tanpa kemampuan ini manusia tidak dapat menerima wahyu Allah. Manusia memiliki kemampuan ini karena ia diciptakan “menurut citra Allah “
6. Selanjutnya anda berkomentar “Injil YOHANES 8:24 ‘sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.’ Demikianlah, sampai dengan saat itu, manusia-jiwa akan harus tertatih bolak-balik meniti hidup badani sebab ia disesatkan oleh persepsi kebenaran-nya.” Tidak terdapat hubungan apapun antara Yoh 8 : 24 dengan reinkarnasi. Sebenarnya apa yang anda lakukan disini hanya mengkaitkan sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun.
7. Lalu anda juga mengatakan “Pengenalan manusia-jiwa akan YESUS KRISTUS adalah tanda manusia-jiwa terbebas dari DOSA ASAL (yang bagi saya bermakna: dosa TIDAK MENGENAL TUHAN YANG DIATAS SEMUA; baca ulang YOH 8:24).” Sayangnya apa yang anda kemukakan disini hanyalah sesuatu yang merupakan ajaran pribadi anda, dimana anda melakukan tafsiran pribadi terhadap ajaran dosa asal. 
8. Ajaran tentang reinkarnasi bertentangan dengan ajaran Gereja tentang kebangkitan badan.  Tidak ada seorang pun (termasuk anda) yang berhak mengubah apa yang sudah menjadi ajaran Gereja, karena apa yang diajarkan Gereja berasal dari Allah.
9. St. Thomas Aquinas menjelaskan bagaimana reinkarnasi bertentangan dengan kebangkitan badan :
The errors of the said heretics [i.e., those maintaining reincarnation] are able to be destroyed from this: that they prejudice the truth of the resurrection which is proclaimed in Sacred Scripture. For resurrection is not able to be spoken of unless the soul returns to the same body, because resurrection is rising again; it belongs to the same thing, however, to rise and to fall.
Whence the resurrection regards the body, which falls dead after death, more than it does the soul, which lives after death. And so if it were not the same body which the soul resumes, [Scripture] would not say resurrection, but rather the assumption of a new body.[4]
10. Penjelasan tentang kebangkitan badan bisa anda baca di artikel ini : Kebangkitan Badan
Seorang teman berkata bahwa kita semua adalah peziarah. Terima kasih Anda telah berbagi hasil peziarahan Anda, dan dengan itu memberi kesempatan kepada saya untuk berbagi hasil peziarahan saya.
Terima kasih atas tanggapan yang anda berikan di blog kami. Semoga anda membuka pikiran anda terhadap ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya, dan tidak begitu saja termakan oleh buku-buku yang isinya bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik, terlebih anda sendiri masih kurang memahami apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik.
Karena itu saya mengajak anda untuk mendalami iman katolik anda berdasarkan sumber-sumber otoritatif (seperti Katekismus Gereja Katolik, Ensiklik Paus, Tulisan Bapa Gereja, dst)
Salam dan hormat,
Pius M. Sumaktoyo
Salam,
Cornelius.
“Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” – Yoh 8 : 32
Referensi
Catholic Answers Tract : Reincarnation
Jesus of Nazareth : Christ’s Betrayal - Pope Benedict XVI
Katekismus Gereja Katolik
Mengapa Ada Dosa Asal?
Pedoman Apologetik Kristen – Ronald K. Tacelli & Peter Kreeft
Reincarnation Western-Style: the Resurgence of Age-old Superstition in a Scientific Era
Summa Theologica – St. Thomas Aquinas
The Genocide of Joshua : Part 1Part 2Part 3
Where We Got The Bible : Our Debt to Catholic Church

Tanggapan oleh Pius M. Sumaktoyo [Tulisan saudara Pius akan ditanggapi dalam artikel tersendiri - Cornelius]
 
Catatan oleh PIUS:
Saya potong di sini.
Untuk lebih mudah dibaca, saya pisahkan tanggapan saya ke dalam Dialog Reinkarnasi (2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar