Senin, 27 Februari 2012

Dialog Reinkarnasi (4)


Tanggapan ini telah 2x saya upload sebagai tanggapan atas Apologetika Kontra Reinkarnasi – Lanjutan yang ditulis oleh Sdr Cornelius di www.luxveritatis7.wordpress.com, namun Sdr Cornelius enggan memuat ataupun menanggapinya.
Sebelum meneruskan bacaan Anda, silahkan baca lebih dahulu Dialog Reinkarnasi (3).

Tanggapan dari Pius M. Sumaktoyo

Kutipan diantara # dan # berasal dari Cornelius.
#1. Ajaran Gereja Tentang Penghakiman Setelah Kematian, Bahwa Manusia akan dihakimi setelah meninggal dan hanya terdapat tiga kondisi bagi jiwa yang dihakimi : Surga, Neraka, atau Api Penyucian.#
Saudara Cornelius,
Saya memahami apa yang anda sampaikan sebagai argumentasi. Saya menilai bahwa dalam alur pikir argumentasi anda, anda berhasil membuktikan bahwa tidak ada reinkarnasi. Tetapi saya juga menilai bahwa argumentasi tersebut dibangun diatas suatu dasar keyakinan bahwa tidak ada reinkarnasi, serta keyakinan akan #absolut dan pasti#-nya kebenaran ajaran Gereja Katolik.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para sumber anda, dan juga Gereja Katolik yang saya hormati, saya ingin mengatakan bahwa “Saya mempunyai pengalaman hidup yang berbeda dengan mereka. Dari pengalaman hidup itu, kalau saya mengatakan bahwa tidak ada reinkarnasi berarti saya membohongi diri sendiri.”
Saya akan mengkonstruksi argumentasi saya berdasar pengenalan bahwa ada reinkarnasi, di mana saya akan harus menggeser #absolut dan pasti# anda menjadi “relatif” dalam “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?”
-----
Ini adalah dasar konstruksi saya.
Saya kutip dari sampul depan buku-pertama saya,
KETIKA ANDA PERCAYA YESUS, NAMUN TIDAK MAMPU MENYANGKAL KEBENARAN REINKARNASI, APA YANG ANDA LAKUKAN?
Dan ini adalah kutipan dari tanggapan pertama saya di blog anda,
Haruskah saya meninggalkan Yesus? Saya tidak bisa.
Haruskah saya menyangkal kebenaran reinkarnasi? Saya tidak jujur kepada diri sendiri, dan, pasti saya akan merasa menjalani hidup dengan resah karena memelihara iman yang tidak teruji.
YEREMIA 29:13-14 Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, …. .
Karena tidak ada sesiapapun mampu memberi nasehat perihal dilema iman pribadi saya, satu-satunya cara adalah membuka diri bertanya kepada Tuhan dan menunggu saat “Aku akan memberi kamu menemukan Aku, …..”.
Perkembangan konstruksi saya memunculkan pengertian reinkarnasi yang berikut:
Reinkarnasi adalah kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh TUHAN kepada manusia-jiwa untuk menemukan kesadaran akan jati-dirinya dan menerima kebenaran dan penebusan Kristus.
Kalau anda mensyaratkan bahwa pengertian (atau anda sebut definisi) saya tidak didukung oleh referensi, ya, saya hanya bisa mengatakan bahwa anda benar. Tetapi apakah yang tanpa referensi pasti salah, itulah yang tengah kita diskusikan.
----
Saya jelas berbeda dengan kutipan anda, yang mengatakan bahwa reinkarnasi adalah teori, #Apa itu reinkarnasi? Berikut ini saya kutip definisi reinkarnasi : Teori perpindahan jiwa manusia dari satu tubuh, ...#. Bagi saya reinkarnasi bukan sekedar teori.
-----
Terima kasih anda mengingatkan, #2 Kor 11 : 4 :”Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang”# Saya selalu mengingatnya. Dan, dalam melakukan penulisan saya selalu berdoa “Tuhan jangan biarkan aku menabur ilalang baru.”
----
Ketika saya dalam proses membuka diri bagi kebenaran reinkarnasi, 1984 – 1994, saya mengembangkan hipotesis iman, yaitu “Karena Yesus adalah TUHAN, Dia mengetahui semua. Karena reinkarnasi adalah kebenaran, pasti Yesus juga ada mengajar tentang reinkarnasi”.
Ini adalah kutipan dari buku-pertama saya,
... Selanjutnya lebih dari itu, saya serahkan pencarian bukti tertulis kebenaran pemikiran SK (Skema Kesempatan) kepada para pustakawan Gereja, yang pada mereka ada terdapat pustaka lebih lengkap di luar apa yang sudah dikodifikasi dalam Alkitab. …...
-----
Perkembangan lanjut, Awal tahun 2000 saya menerima fotocopy The Secret Teachings of Jesus (yang terkubur dan baru ditemukan tahun 1945). November 2000 saya selesai menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia (dan memperlakukannya sebagai rahasia). Dari itu, menanggapi anda terkait dengan Injil Thomas perkataan 114, jawaban saya adalah “Ya, saya tahu.” saya tahu adanya ayat tersebut, tetapi saya tidak memandangnya sebagai perkataan sesat. Bagaimana kalau anda membaca perkataan,
(7) Yesus berkata, "Diberkatilah singa yang dimakan manusia, sehingga singa menjadi manusia. Dikutuklah manusia yang dimakan singa, sehingga singa menjadi manusia."
Tentang usia Injil Thomas, saya kutipkan,
There's the Gospel of Peter and the Gospel of Thomas, each of which may go back to a very early tradition. There's the Q document; the source, the saying source that underlies the gospels of Matthew and Luke. It's now lost but obviously it was known at one time, and it, too, is very early, probably dating as early as the 50's of the first century.
L. Michael White; Professor of Classics and Director of the Religious Studies Program University of Texas at Austin
Read more: http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/religion/story/emergence.html#ixzz1l8kqJEJo
----
Bagi saya, The Secret Teachings of Jesus adalah pemenuhan janji TUHAN dalam YEREMIA 29:13-14. Buku-kedua adalah pertanggungjawaban saya (yang mungkin bisa dianggap sebagai kontra-penilaian terhadap The Secret Teachings of Jesus sebagai ajaran sesat).
Saya tidak menciptakan The Secret Teachings of Jesus. Saya mengangkatnya sebagai acuan kebenaran bahwa Tuhan Yesus pernah mengajar tentang reinkarnasi. Belasan tahun saya menunggu terpenuhinya YER 29:13-14 serta bukti kebenaran “hipotesis iman saya” sambil mencukupkan diri dengan MAT 11:14-15 (Yohanes Pembaptis adalah Elia)..
Kalaupun anda tetap memaksakan penilaian bahwa The Secret Teachings of Jesus sesat, kita lihat nanti dalam “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?”.
-----
#Namun sejak masa Gereja perdana, tidak ada umat kristen yang mengakui reinkarnasi seperti yang anda katakan. Apa yang anda kemukakan tentang reinkarnasi tidak memiliki dasar biblis dan tradisi. Apabila reinkarnasi seperti yang anda katakan itu memang kebenaran, maka Roh Kudus telah membiarkan umat-Nya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Tapi apakah mungkin Roh Kudus membiarkan hal ini, sedangkan dikatakan “Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13)”? Jelas tidak mungkin Roh Kudus membiarkan umatnya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Jadi, reinkarnasi yang anda katakan sama sekali bukan ajaran yang berasal dari Allah, dan bukan ajaran yang diimani oleh umat kristen perdana hingga sekarang.#
1) Sejauh saya baca, YOH 16:13 tidak menyebut “Gereja” tetapi “kamu”.
2) Dasar Biblis adalah MAT 11:14-15 (Yohanes adalah Elia) dan MAT 13:26-29 (Perumpamaan gandum dan ilalang).
3) #Tapi apakah mungkin Roh Kudus membiarkan ….# Jawaban saya, “Mungkin.” Dari sejarah, saya belajar mengenal bahwa TUHAN mempunyai sangat banyak waktu dalam menantikan kembalinya kesadaran manusia. TUHAN dengan sabar menemani manusia bertumbuh dari animisme kepada politheisme, dari politheisme kepada monotheisme, dan saya percaya bahwa TUHAN juga dengan sabar menemani manusia betumbuh dari bukan hanya mengaku adanya satu TUHAN tetapi juga mengenal TUHAN YANG DI ATAS SEMUA.

-----

2. Kanonisasi Kitab Suci. Mengapa Katolik Menolak Ajaran yang Didasarkan pada The Secret Teachings of Jesus dan Kitab2 Apokrif

#Yesus mendirikan Gereja-Nya diatas Petrus, dan Ia berjanji (dalam Mat 16 : 18) bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja. Kitab Suci (dalam 1 Timotius 3 : 15) berkata bahwa Gereja adalah pilar dan dasar kebenaran. Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13), termasuk juga membimbing Gereja dalam menentukan jumlah alkitab yang diinspirasi Roh Kudus.#
Sejauh saya baca, YOH 16:13 tidak menyebut “Gereja” tetapi “kamu”.
MAT 16:18, (Kalau tidak salah) Mereka yang tidak mengakui Paus, menafsirkan bahwa dasar Gereja yang dimaksud oleh Yesus adalah “pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Memang MAT 16:19 bisa digunakan untuk mengatakan bahwa penafsiran alternatif tersebut salah, tetapi toh MAT 16:19 bisa ditafsirkan juga sebagai tidak menyalahkan penafsiran alternatif MAT 16:18.
Bukan karena tidak mengakui Paus, tetapi pengalaman hidup (yang menuntun saya untuk tidak bisa menyerahkan atribut “absolut dan pasti”) saya mengambil tafsiran alternatif tersebut. Dan dalam alur menafsiran yang sama, saya adalah jemaat-Nya. Sekalipun saya percaya reinkarnasi saya tetap di dalam iman “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
1TIM 3:15, “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Dan apakah kebenaran yang harus ditopang oleh jemaat, itu adalah 1TIM 3:16. Saya tetap adalah jemaat-Nya, karena saya dengan gembira menopang 1TIM 3:16.
------------

3. Mengapa Allah membunuh Bayi

# mereka akan pergi ke limbo dimana mereka bisa menikmati kebahagiaan alami#
http://en.wikipedia.org/wiki/Limbo.
Sejauh saya baca limbo “is a speculative idea about the afterlife condition of those who die in original sin. Saya berpendapat bahwa “limbo” adalah suatu “theological escape”. Dari apa yang saya baca, saya berpendapat bahwa Gereja masih belum menemukan pengertian yang definitif pasti berihal “limbo of infants”. Saya kutipkan,
.... as a state of maximum natural happiness, others as one of "mildest punishment" consisting at least of privation of the beatific vision and of any hope of obtaining it. This theory, in any of its forms, has never been dogmatically defined by the Church, but it is permissible to hold it. Recent Catholic theological speculation tends to stress the hope that these infants may attain heaven instead of the supposed state of Limbo. …......
And in 1984, when Joseph Ratzinger, then Cardinal Prefect of that Congregation, stated that, as a private theologian, he rejected the claim that children who die unbaptised cannot attain salvation, he was speaking for many academic theologians of his background and training.
Saya tidak tahu dimana dalam Alkitab bisa menemukan referensi untuk ini, tetapi saya menemukan didalam Catatan Rahasia Yohanes bahwa “Semesta Tidak Sempurna” diciptakan dalam duabelas tingkatan/lapis, yaitu tujuh tingkatan surga dan lima neraka; juga dalam Injil Nicodemus dan Injil Bartholomeus saya membaca bagaimana Yesus turun ke neraka untuk membebaskan para tawanan neraka yang di dalamnya termasuk para bapa bangsa.
Membedakan dengan apa yang anda percaya, Skema Kesempatan (reinkarnasi yang kristiani) memandang bahwa hidup ini adalah “neraka, api pencucian, limbo”, atau pendeknya adalah kesempatan-kesempatan untuk menerima berkat penebusan Kristus. (Kecuali bagi yang menghojat Roh Kudus, mereka akan berada dalam neraka-abadi “keadaan yang terus-menerus tanpa pertobatan”.)
Saya mendapat kesan bahwa anda bisa membenarkan peristiwa pembunuhan bayi-bayi itu sebagai tindakan keadilan Allah. Skema Kesempatan menerima kematian bayi-bayi itu sebagai sesuatu yang alami dalam percekcokan antar manusia, yang entah secara mandiri atau dalam campurtangan lapis2 surga. (Dalam peristiwa lain, bisa juga antara manusia dengan alam.) Saya berpendapat bahwa jiwa-jiwa itu masih mempunyai kesempatan untuk menerima berkat penebusan Kristus, yaitu melalui reinkarnasi. Adalah alami, dalam ketidaktahuannya dan dalam keinginan kuatnya untuk tinggal dalam “persepsi salahnya”, manusia saling bunuh, saling menilai benar salah, saling menghukum atas nama keadilan atau atas nama Tuhan. Adalah alami bahwa alam membawa kematian kepada manusia, karena alam yang kita berada di dalamnya adalah tidak stabil, tidak sempurna menyenangkan.
Seperti saya katakan, selama tidak atau belum menerima berkat penebusan Kristus, sesungguhnya manusia sedang menghukum dirinya sendiri.
TUHAN tidak menghukum, manusia menghukum dirinya sendiri. Itulah sebabnya, dari salib (MAT 23:24) Yesus berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Empati saya adalah kepada penderitaan jiwa-jiwa; sebab, dalam ketidaktahuan, mereka tengah menghukum diri sendiri.
----------

4. Tanggapan Terhadap Beberapa Pertanyaan

#Sayang sekali pemahaman anda tidak didukung oleh ayat kitab suci, yang merupakan tulisan yang diinspirasi Roh Kudus, yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik yang didirikan Yesus, dimana Gereja tersebut akan selalu dinaungi Roh Kudus untuk mengajarkan kebenaran.#
Pertanyaan: Apakah inspirasi Roh Kudus memerlukan kanonisasi oleh Gereja Katolik?
(Jawaban lebih lanjut ada di “Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda”)
-----
#Ini irelevan. Kalau Yesus mengajarkan reinkarnasi, mengapa ia tidak mengatakan “Jangan takut bila tanganmu menyesatkanmu, kamu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidupmu di kehidupan mendatang”. Mengapa Yesus mengatakan untuk memotong kedua tangan bila tangan itu menyesatkan, untuk menghindari neraka? Keduanya bertentangan, namun merupakan ajaran Yesus. Jadi, mana yang benar?#
Sekarang, saya hanya menunggu saat ketika saya akan mengakhiri hidup ini dalam kegembiraan menerima berkat penebusan Kristus. Semua yang ada di dalam Injil sudah cukup. Saya tidak berani minta kepada Tuhan Yesus untuk mengubahnya. MAT 11:14-15 (Yohanes Pembaptis adalah Elia) serta MAT 13:26-29 (Perumpamaan Gandum dan Ilalang) adalah jendela yang Tuhan buka ketika Gereja kanonik penutup pintu.
Saya tidak mengatakan bahwa anda salah. Saya tidak mempunyai kewenangan untuk menghakimi. MAT 11:14-15 tidak menyalahkan mereka yang tidak mau menerima, sebab Tuhan katakan “jika kamu mau menerimanya”. Sesungguhnya, dari apa yang saya rasakan, ada karunia khusus bagi mereka yang mau menerima. Karunia apa yang diberikan kepada saya? Yang saya rasakan adalah, “dari saya Tuhan mencabut “karunia” untuk menghakimi, dan Dia menggantikannya dengan karunia untuk mengasihi, karunia berempati kepada penderitaan jiwa-jiwa”.Ya, saya tidak lagi ingin mengatakan seseorang benar atau salah, lebih banyaknya saya mempunyai empati atas penderitaan yang sedang atau yang saya dugakan akan dialami oleh jiwa-jiwa. Memenuhi anjuran para sopir bus “Sesama bis kota dilarang saling mendahului.” dalam analogi itu “Tidak perlu kita saling menyalahkan, sebab kita adalah para tawanan dari bumi ini.”
----
#Akan lebih baik bila anda bisa membuktikan bahwa pengalaman reinkarnasi tersebut tidak berasal dari setan. Sedangkan saya sendiri sudah membuktikan bahwa reinkarnasi adalah ajaran yang tidak berasal dari Yesus Kristus, dan tidak diimani oleh umat di masa Gereja perdana hingga sekarang. Reinkarnasi tidak lah pernah menjadi bagian dari ajaran Gereja Katolik sejak dulu hingga sekarang.#
Silahkan menilai apakah peristiwa di “Oprah Winfrey” di bawah ini berasal dari setan.
-----
#Ini bukan masalah buruk sangka, melainkan adanya fakta bahwa apa yang disebut “regresi masa lalu” bukanlah hal yang ilmiah dan objektif, seperti yang sudah dijelaskan pada artikel tersebut. Sudahkah anda melihatnya dengan akal budi anda?#
Apakah yang ilmiah selalu benar? Apakah yang obyektif dan tidak ilmiah selalu salah? Saya menyaksikan di Oprah Winfrey show: Dr Oz mempunyai rasa tidak tenteram bila berhadapan dengan kakak perempuannya; suatu rasa tidak tenteram yang sulit dimengerti alasannya. Hadir di acara itu Dr Weiss yang adalah seorang hipnoterapis. Dr Oz menjadi relawan di acara itu. Dalam keadaan terhipnotis Dr Oz dibawa menelusur kehidupan sebelum hidup yang sekarang; dia menyaksikan bagaimana pada waktu itu kakak perempuannya diperkosa, dan dia (yang masih kecil?) tidak melakukan apa-apa. Jiwa Dr Oz membawa pengalaman itu sebagai trauma di dalam hidup yang sekarang. Di akhir acara itu Dr Oz (yang seorang medis) mengatakan bahwa bebannya telah terangkat, dan, kalau tidak salah Dr Oz juga mengatakan “Betapapun tidak rasionalnya suatu metode, ketika itu membawa penyembuhan kepada pasien, sebaiknya kita membuka diri, sambil belajar untuk memahami.”.
----
#“Mungkin.” Ternyata bukan kebenaran. Sayang sekali anda masih menggantungkan keyakinan anda pada sesuatu yang bahkan kebenarannya masih diragukan. …..#
Saya pasti tidak meragukan kebenaran reinkarnasi. Hanya, saya tidak mengharuskan reinkarnasi untuk berlaku bagi semua. Saya mengidentifikasi peluang adanya jiwa yang tidak harus mengalami reinkarnasi. Itulah makna kata “mungkin” dalam kalimat saya. Sekali lagi, saya tidak meragukan kebenaran reinkarnasi, karena saya mengenal bahwa ada reinkarnasi.
-----
#..... Mengapa anda tidak mempercayai ajaran Gereja Katolik, yang merupakan kebenaran yang absolut dan pasti?#
Saya mempercayai ajaran Gereja Katolik, saya adalah seorang Katolik. Perbedaan saya dengan anda adalah saya tidak bisa memandang semua yang diajarkan oleh “Gereja Katolik saat ini” sebagai “abosolut dan pasti”. Penjelasan lengkap saya sampaikan dengan cukup panjang di bawah ini:
Kenapa Saya Bersikap-beda dengan Anda?
Saya kutip dari buku-kedua saya,
Demikianlah makna kesadaran bagi saya, dan dalam pemaknaan itu saya ingin mengulang bahwa pengenalan akan Yesus sesungguhnya adalah pengenalan yang bertumbuh, bukan sesuatu yang bisa didiktekan.
Apakah Gereja hirarki tidak melakukan kesalahan karena menanamkan iman akan keTuhan-an Yesus yang kurang disertai dengan penanaman kesadaran? Jawaban saya: Saya bertumbuh menemukan Yesus karena Gereja telah menanam tonggak itu jauh di depan saya, setelah berjalan jauh dan melalui jalan yang berliku saya kini sampai di sana. Kalau tonggak itu tidak ada di sana, entah saya kini ada dimana?
Bagi saya yang “absolut dan pasti” adalah “kebenaran Kristus”.
Perkenankan saya mengutip dari buku-kedua saya,
Kitab yang Dari Tuhan
Teman-teman muslim sering mengatakan bahwa Injil yang digunakan oleh Gereja kini tidak asli atau telah dipalsukan, bahkan lebih jauh ada yang mengatakan bahwa Injil asli disimpan dan dirahasiakan karena isinya sangat berbeda dengan yang sekarang diajarkan oleh Gereja.
Mengacu kepada temuan Ellain Pagels, saya setuju atas kritik bahwa Injil yang digunakan oleh Gereja kanonik adalah tidak asli; asli dalam arti bahwa dokumen itu sejak awalnya ada dan demikian adanya.
Pertanyaan: Benarkah ada Injil yang asli? Kalau ada, siapa pengarangnya? Yesus? Salah satu murid-Nya?
Injil, adalah Kabar Gembira; yaitu bahwa Allah Bapa adalah baik terhadap kita orang berdosa dalam PutraNya Jesus Kristus. Maka, Kristuslah Injil atau Kabar Gembira atau Sabda Allah Yang berpribadi dan hidup. Sabda Yang hidup itu bersifat kreatif dan mengubah hati manusia; sabda tertulis atau huruf hanyalah Ersatz, bahkan menurut S. Paulus ‘huruf mematikan, roh yang menghidupkan’ (2Kor 3,6). (A. Heuken SJ, Ensiklopedi Gereja, Jilid 2, p. 93)
Jesus mengucapkan sabda-sabda pewahyuanNya dan telah tidak menulis atau mendiktekan sebuah buku. (idem)
Santo Paulus dalam pelayanannya tidak mempunyai Injil yang tertulis dan tidak mengandalkan diri kepada Injil yang tertulis. Dengan mengingat bahwa St. Paulus berkarya pada jaman yang sama dengan para rasul murid-murid Yesus, kiranya bisa diartikan bahwa memang tidak ada Injil yang ditulis atau diperintahkan tulis oleh Yesus yang untuk dijadikan pegangan dalam pelayanan St. Paulus.
(2Kor 3,3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. (2Kor 3,6) Ialah (Roh, pen) membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
Kiranya bukan karena lalai, Yesus memang telah tidak menyiapkan Injil tertulis. Dalam Catatan Rahasia Yakobus 1:13-14 seperti terbaca dalam rangkaian kutipan di bawah ini, jelas terlihat bagaimana Yesus menomorduakan arti penting catatan yang tengah diusahakan ditulis oleh para murid-Nya.
(1:7-8) Duabelas murid sedang duduk bersama, mengingat-ingat kembali apa yang telah dikatakan Juru Selamat kepada masing-masing di antara mereka dengan diam-diam atau pun secara terbuka, dan menyusun kumpulan catatan mereka ke dalam buku. Aku (Yakobus, pen), sebagai bagianku, juga menulis bukuku. Lihatlah, Juru Selamat menampakkan diri. Ia telah meninggalkan kami, dan kami tengah menantikan dia.
(1:9-14) Lima ratus lima puluh hari setelah ia bangkit dari kematian, kami berkata kepadanya, "Bukankah engkau telah bertolak dan meninggalkan kami?" Yesus berkata, "Tidak, tetapi aku akan kembali ke tempat dari mana aku datang. Jika kamu ingin ikut bersamaku, mari!" Mereka semua menjawab dan berkata, "Jika engkau memerintahkan kami, kami akan ikut." Ia berkata, "Aku mengatakan kebenaran: tak satu pun dari kamu akan masuk kerajaan surga karena aku memerintahkan, tetapi lebih sebab kamu sendiri diisi (are filled). Tinggalkanlah Petrus dan Yakobus bersama ku, di mana aku bisa mengisi mereka (may fill them)." Setelah ia memanggil keduanya, ia menarik mereka ke samping, dan memerintahkan yang lainnya untuk meneruskan pekerjaan mereka.
Apabila penulisan Injil adalah suatu prioritas dalam pandangan Yesus, dalam alur pikir manusiawi setidaknya Yesus akan membiarkan dan bahkan datang membantu para murid menuliskannya. Bahwa Ia tidak melakukan hal itu, maka setidaknya inilah yang saya percaya, yaitu: Yesus tidak pernah menulis Injil atau memerintahkan menulis Injil. Dengan demikian, mencari atau mengharapkan atau mempercayai adanya Injil tertulis yang asli adalah kesia-siaan.
Jejak Langkah Pengenalan akan Tuhan
Tuhan itu - sempurna.
Rencana Tuhan sempurna menjangkau masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Manusia hanya berada pada masa sekarang dan berada dalam keterbatasan. Manusia jauh dari sempurna tetapi manusia bertumbuh dari waktu ke waktu. Walau demikian, dari jaman ke jaman selalu ada orang yang merasa bahwa dirinya sudah mengetahui semua yang Tuhan rencanakan baginya dan bagi orang lain, dan dalam kebodohan mereka berusaha mengatur manusia lain agar bisa menjadi seperti dirinya.
Dalam kesempurnaan, Tuhan Yesus melihat bahwa tidak semua hal bisa diberikan sekaligus kepada manusia, karenanya kita boleh melihat bahwa rencana penyelamatan berlangsung bertahap, bahwa teologi atau pengenalan akan Tuhan tumbuh secara bertahap.
Dan ini saya kutip dari buku-pertama saya (yang berjarak sekitar 15 tahun dari buku-kedua),
Sebagian orang memandang Alkitab sebagai Sabda Tuhan yang mempunyai nilai kebenaran mutlak, mereka ini akan tidak rela bila dilakukan pemikiran kritis atas Alkitab, mereka menganggap bahwa semua yang tidak sesuai dengan Alkitab berarti salah, karena Alkitab tidak bisa salah. Namun ada pula cara pandang lain, yaitu memandang Alkitab sebagai catatan pengalaman tentang pengenalan akan Allah dan bagaimana cara manusia bisa sampai kepada Allah, yang berfokus pada peran Tuhan Yesus (Mesias). Catatan pengalaman mana disampaikan oleh para penulis bagian-bagian Alkitab menurut pengalaman iman dan kepercayaan serta pengalaman hidup mereka, serta dengan campur tangan Tuhan. Cara pandang kedua, tidak memaksakan nilai kebenaran mutlak tetapi lebih menekankan pada nilai pesan kesaksian.
Saya pernah setuju dengan kelompok pertama, tetapi kini saya mempunyai keyakinan bahwa cara pandang yang kedua lebih bisa dibenarkan, dengan alasan yang berikut:
  • Pertama, Alkitab seperti yang kita kenal, berisikan kumpulan tulisan-tulisan dari berbagai penulis, bukan suatu hasil dikte untuk perintah: Tulislah kebenaran ini!
  • Kedua, Alkitab seperti yang kita kenal, disusun melalui seleksi dari sekian banyak tulisan yang relevan dan bisa dipercaya bobot kesaksiannya.
  • Ketiga, mungkin bukan suatu kebetulan bahwa Tuhan Yesus tidak pernah me-merintahkan untuk menyusun suatu Kitab Suci.
Mungkin justru karena bagi-Nya tidak ada rahasia dan Ia mengetahui bahwa pengetahuan tentang seluruh kebenaran tidak akan mungkin dibukakan sekaligus pada masa itu.
Anda bisa bayangkan bagaimana jadi-nya kalau duaribu tahun lalu Tuhan Yesus harus menjelaskan teori relativitas Einstein atau tentang keseluruhan isi alam raya sebagai latar belakang pengajaran-Nya.
Maka dari itu, Ia tidak pernah memerintahkan penulisan suatu Kitab Suci yang tidak boleh dilakukan perubahan apa pun atasnya. Dia mengetahui ada terlalu banyak hal untuk ditulis dan ajarkan. Apa yang Ia berikan kepada para muridNya adalah: saksikan-lah, rasakan-lah, iman-ilah, wartakan-lah (jalan keselamatanmu).
Inti dari kekristenan adalah beriman atau percaya kepada Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan, bahwa Yesus Kristus sungguh mampu mengarahkan manusia kepada Yang Sungguh Tuhan.
Dan ini adalah berbagai kutipan pendapat para ahli.
Sebenarnya, saya enggan menampilkan kutipan-kutipan di bawah ini. Saya menulis kedua buku saya tanpa harus mengambil mereka sebagai referensi (kecuali Beyond Belief, Elaine Pagels). Saya hanya mempersiapkan diri dengan YER 29:13-14, dimana kemudian Tuhan memberikan The Secret Teachings of Jesus, dan semua berkembang sejak itu.
Saya percaya bahwa Gereja dituntun oleh Roh Kudus. Saya menghormati dan bersyukur atas kanonisasi Alkitab; saya tidak bisa membayangkan, berapa banyak Injil yang tercipta tanpa ketegasan peran Bapa Irenaeus dan para bapa Gereja. Saya hanya tidak setuju dengan statemen bahwa,
1) di luar yang dikanonisasi adalah sesat,
2) Gereja hirarki tidak bisa salah,
3) semua kebenaran sudah ada di dalam Alkitab dan pengakuan saya kepada The Secret Teaching of Jesus adalah sesat,
4) Roh Kudus memimpin Gereja dan tidak akan mungkin memimpin yang di luar Gereja..
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Gereja Katolik, kutipan dari tiga sumber di bawah ini (dan catatan singkat pada setiap akhir kutipan) saya sampaikan untuk mengatakan bahwa saya menggunakan akal budi saya (disertai limabelas tahun berserah kepada tuntunan Roh Kudus, terserah akan dipercaya atau tidak).
=====
Read more: http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/religion/story/emergence.html#ixzz1l8p9eIvP
Elizabeth Clark:
John Carlisle Kilgo Professor of Religion and Director of the Graduate Program in Religion Duke University
It's hard to say.... We do have a document called the Muratorian Canon ... which tells us that one of the criteria for deciding whether a book is scripture or not is whether it can be read in the church. Now, this seems to be rather a circular argument, because you probably don't read it in the church unless you think it's scripture, but there seems to be something about suitability for public reading during worship, that's one criterion. The churchmen who argued about these points of what's in and what's out... [also] wanted to say if we know a book was supposedly written by an Apostle or by a follower of an Apostle, this gave it some authenticity. This was an attempt to say, "We're as close back with eyewitness reporting as we can be."
But the church really had to think at that point, what should they do with the many gospels on hand. And with new editions of the gospels which were coming out all the time. Right after Marcion, we have evidence from Rome that some other people sat down and wrote a new harmony of the gospels of Matthew and Mark and Luke, melding them together into one gospel. Now in that situation we have apparently a recourse to the original function of gospel narrative which is the narrative of Jesus' suffering and death as the story that accompanies the celebration of the central Christian ritual, the Eucharist. And that meant that only gospels who have a passion narrative can be included. The Gospel of Thomas does not have a passion narrative. And it was never discussed for possible inclusion. It is characteristic that all gospels of the canon have a passion narrative because the central Christian ritual, that's the Eucharist, cannot live without that story. And it is out of that movement that the four gospel canon arises. And it comes, interestingly enough, as a canon that preserves diversity, within limits.... There is no claim that this canon represents four gospels that are all saying the same thing. It is rather an attempt to bring together as many Christian communities that were bound to a particular gospel into one major church. And this was essentially accomplished through the four gospel canon.
There's some discussion about certain books that can be read but can't be read in church, for example. You can read them on your own, but there's a kind of parental advisory on them or something, and you don't read them in church and you're careful when you read them by yourself, this kind of thing. Or there's some pieces of literature that a lot of people are reading but that the Grand Poobahs in the church don't want them to read. But these really constitute special cases that imply a kind of consensus that are formed very early about the kind of literature Christians used that spoke to their self-identification and by which, they in turn, identified themselves.... That's kind of touchy-feely; it's hard to get a get a historical fix on it, but it's got to have been there. That was a development... from the bottom up, as opposed to from the top down. In Irenaeus' voice, I think we're hearing some top down arguments ex-post facto.
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? Isi dari The Secret Teachings of Jesus tidak sesat, tetapi “bisa saja” demi memenuhi kriteria maka “harus ada yang disisihkan”.


====
Read more: http://www.answers.com/topic/irenaeus-saint#ixzz1l8lp5jyN
Tentang Irenaeus
Irenaeus pointed to Scripture as a proof of orthodox Christianity against heresies, classifying as Scripture not only the Old Testament but most of the books now known as the New Testament,[2] while excluding many works, a large number by Gnostics, that flourished in the 2nd century and claimed scriptural authority.[22]
Before Irenaeus, Christians differed as to which gospel they preferred. The Christians of Asia Minor preferred the Gospel of John. The Gospel of Matthew was the most popular overall.[23] Irenaeus asserted that four Gospels, Matthew, Mark, Luke, and John, were canonical scripture.[24] Thus Irenaeus provides the earliest witness to the assertion of the four canonical Gospels, possibly in reaction to Marcion's edited version of the Gospel of Luke, which Marcion asserted was the one and only true gospel.[6][18]
Based on the arguments Irenaeus made in support of only four authentic gospels, some interpreters deduce that the fourfold Gospel must have still been a novelty in Irenaeus' time.[25] Against Heresies 3.11.7 acknowledges that many heterodox Christians use only one gospel while 3.11.9 acknowledges that some use more than four.[26] The success of Tatian's Diatessaron in about the same time period is "...a powerful indication that the fourfold Gospel contemporaneously sponsored by Irenaeus was not broadly, let alone universally, recognized."[27]
Tentang Irenaeus' Writings
The purpose of "Against Heresies" was to refute the teachings of various Gnostic groups; apparently, several Greek merchants had begun an oratorial campaign in Irenaeus' bishopric, teaching that the material world was the accidental creation of an evil god, from which we are to escape by the pursuit of gnosis. Irenaeus argued that the true gnosis is in fact knowledge of Christ, which redeems rather than escapes from bodily existence. Until the discovery of the Library of Nag Hammadi in 1945, Against Heresies was the best-surviving description of Gnosticism. According to some biblical scholars, the findings at Nag Hammadi have shown Irenaeus' description of Gnosticism to be largely inaccurate and polemic in nature.[11][12] Though correct in some details about the belief systems of various groups, Irenaeus' main purpose was to warn Christians against Gnosticism, rather than accurately describe those beliefs. He described Gnostic groups as sexual libertines, for example, when some of their own writings advocated chastity more strongly than did orthodox texts.[13][14] However, at least one scholar, Rodney Stark, claims that it is the same Nag Hammadi library that proves Ireneaus right.[15]
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? (1) Peran Irenaeus dalam “kanonisasi Alkitab”. (2) Pengaruh Nag Hammadi Library. (3) (Saya tidak membaca "Against Heresies".) Saya tidak menemukan kata atau kalimat apapun terkait “sexual libertines” di dalam The Secret Teachings of Jesus.
====
Beyond Belief
Elaine Pagels
(The Harrington Spear Paine Foundation Professor of Religion Princeton University; sumber www.pbs.org)
Saya kutip dari buku-kedua saya,
Dalam rangka memperkuat kedekatannya dengan para pemimpin gereja dan untuk mempersatukan kelompok-kelompok Kristen yang terpecah ke dalam struktur yang harmonis, Konstantinus mengundang para uskup dari semua gereja yang ada di dalam kekaisarannya untuk bertemu atas biaya negara di Nikea, … untuk membuat suatu rumusan standar tentang iman Kristen. ….
..... Kaisar sendiri hadir dalam sidang dan ikut serta di dalamnya, …. penelitian sejarah yang lebih teliti mengungkapkan bahwa ia tidak hanya memperbolehkan tetapi juga mengharapkan para uskup sendiri untuk menyatukan perbedaan dan untuk merekayasa konsensus di antara pihak-pihak yang saling berseberangan. Ketika ia memberi pengarahan kepada yang berkumpul di Nikea, ia mendorong mereka untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan “lest private animosities interfere with God’s business.”
Salah satu perbedaan yang ia harap terpecahkan telah menyulitkan gereja-gereja di seluruh kekaisaran selama beberapa tahun. …. ….. (pp. 170, 171)
Setelah mendaftar duapuluh-dua buku yang ia katakan ‘dipercaya sebagai Perjanjian Lama,’ Athanasius mulai menawarkan yang dikenal paling awal sebagai duapuluh-tujuh buku yang ia sebut ‘buku Perjanjian Baru,’ dimulai dengan ‘empat injil, Mateus, Markus, Lukas, dan Yohanes,’ dan berlanjut dalam daftar yang sama naskah-naskah yang dihubungkan dengan para rasul yang membentuk Perjanjian Baru yang kita kenal sekarang. Menilai ini semua sebagai ‘musim semi penyelamatan,’ ia mengundang para penganut Kristen selama musim LANTEN untuk ‘membersihkan gereja dari semua bentuk pengotoran’ dan untuk menolak ‘kitab-kitab apokrip,’ yang ‘penuh dengan mitos, kekosongan, dan tercemar’ – kitab-kitab yang, ia memperingatkan, mengundang konflik dan menjadikan umat terpecah. Sepertinya ada satu atau lebih biarawan yang mendengar suratnya dibacakan di biara (monastery) mereka yang dekat kota Nag Hammadi yang memutuskan untuk menentang perintah Athanasius dan memindahkan lebih dari limapuluh buku dari perpustakaan biara, menyembunyikan dalam suatu tempayan untuk melindunginya, dan menguburnya dekat karang terjal di mana Muhammad Ali menemukannya seribu enamratus tahun kemudian. (pp. 176, 177)
APA YANG INGIN SAYA KATAKAN? Mengajak jujur menilai bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau bukan semata-mata tindakan Tuhan atau karya Roh Kudus. Di dalamnya, mungkin, cukup dominan peran tindakan manusia. Dan ketika manusia dominan berperan, maka terbuka kemungkinan timbul kekeliruan, baik sengaja atau tidak sengaja.
Perkenankan saya mengulang apa yang telah saya sampaikan di atas. Saya percaya bahwa Gereja dituntun oleh Roh Kudus. Saya menghormati dan bersyukur atas kanonisasi Alkitab, yang telah menyatukan Gereja mengarungi masa 2000 tahun.
Saya percaya bahwa ”Nag Hammadi Library” adalah karya Roh Kudus yang tepat pada waktunya; penemuan ”Nag Hammadi Library” tepat di penghujung abad ke-21, tepat ketika komunikasi dengan jiwa-jiwa yang nonfisik tidak lagi dihakimi sebagai sihir dan tabu, tepat ketika kekayaan melimpah dari jiwa-jiwa yang bereinkarnasi akan membanjir dan menjadi parameter baru pengenalan akan Tuhan. Nag Hammadi Library” adalah karya Roh Kudus yang TUHAN persiapkan bagi generasi mendatang.
----
#Setidaknya ajaran tersebut memang mirip dengan plato, dan saya juga tidak heran bila anda tidak setuju bahwa “jiwa ini seperti sopir yang mengendarai mobil”, karena memang ada banyak orang yang memahami reinkarnasi dengan berbeda. Jadi, yang mana diantara kalian yang merupakan kebenarn? Ataukah semuanya merupakan kebenaran? Atau semuanya salah?#
Bagi saya, Semua adalah proses. Proses menuju kebenaran. Saya bukan hakim yang mempunyai kuasa mengatakan salah dan benar. Semua akan dihakimi menurut perbuatannya; bukan karena Tuhan maha adil tetapi, sesungguhnya manusia menghukum dirinya sendiri.
Dengan menolak Kristus manusia menolak pembebasan dari “menghukum dirinya sendiri”. Saya mengenal reinkarnasi. Saya mengenal penderitaan saya. Saya mempunyai empati kepada penderitaan semua jiwa-jiwa. Apakah pengertian reinkarnasi saya sama dengan pengertian Plato atau pengertian agama Budha atau agama Hindu atau agama Marapu, saya tidak peduli. Kepedulian saya adalah kepada penderitaan jiwa-jiwa, dan dari kepedulian itu saya meluap dalam semangat untuk berbagi Injil kepada semua jiwa-jiwa.
Kedua buku saya adalah suatu teriakan lantang tentang empati kepada jiwa-jiwa.
-----
#Toh kalaupun reinkarnasi adalah kebenaran, maka harus ada konsistensi diantara mereka yang mempercayai reinkarnasi.#
TUHAN adalah kebenaran. Toh ada lebih dari satu konsistensi dalam mencoba mengenal-NYA. Sekalipun demikian, TUHAN adalah tetap kebenaran. Apakah seorang atheis berhak membuat statemen: “Toh kalaupun TUHAN adalah kebenaran, maka harus ada konsistensi diantara mereka yang mempercayai TUHAN.”?
(2Kor 3,3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia. (2Kor 3,6) Ialah (Roh, pen) membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan. (ada di buku-kedua saya)
Sangat boleh jadi, terlalu konsisten malahan berarti mematikan karya Roh Kudus.
----
Terima kasih atas kesempatan untuk menerima dan untuk berbagi.
Salam dalam kasih Tuhan Yesus,
Pius M. Sumaktoyo.



Dialog Reinkarnasi (3)


Artikel di bawah ini saya kutip dari: “www.luxveritatis7.wordpress.com”

Apologetika Kontra Reinkarnasi – Lanjutan

By Cornelius
Bagian kedua dari tulisan Apologetika Kontra Reinkarnasi (bagian pertama bisa dibaca dengan mengklik kalimat ini), pada tulisan kali ini saya hanya menanggapi bagian-bagian yang relevan saja, karena pada artikel sebelumnya saudara Pius juga cukup banyak mengabaikan poin-poin tulisan saya, padahal tulisan tersebut cukup penting. Tapi pada tulisan ini saya akan mengulang dua poin penting pada tulisan sebelumnya, yaitu pada nomor 1 dan 2 :

1. Ajaran Gereja Tentang Penghakiman Setelah Kematian, Bahwa Manusia akan dihakimi setelah meninggal dan hanya terdapat tiga kondisi bagi jiwa yang dihakimi : Surga, Neraka, atau Api Penyucian.

Apa itu reinkarnasi? Berikut ini saya kutip definisi reinkarnasi :
Teori perpindahan jiwa manusia dari satu tubuh, apakah pindah ke dalam manusia, atau binatang, atau lainnya. Ajaran ini diajarkan oleh Plato (427-347 BC) dan sekarang diajarkan oleh teosofist, ajaran ini adalah fitur karakteristik tunggal dari agama-agama timur, dalam Vedic, terutama Hindu, dan tradisi Buddha (Etimologi meta (Yunani) : perbuahan + empsychos, animate) – Romo John Hardon, Kamus Katolik Modern.
Apakah terdapat ayat kitab suci yang mendukung reinkarnasi? Faktanya kitab suci sendiri dengan jelas menolak adanya reinkarnasi :
Ibr 9 : 27 Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi,
Kitab Suci dengan jelas menyatakan bahwa setelah manusia mati, ia akan segera dihakimi apakah ia akan masuk surga, neraka, atau api penyucian. Manusia hanya ditentukan hidup satu kali, sedangkan reinkarnasi berarti manusia bisa hidup berkali-kali dalam tubuh yang berbeda.  Dan berikut ini kutipan ayat kitab suci yang mendukung hal tersebut :
Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. (Matthew 18:8 )
“Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. (Matthew 25:41 )
“Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.” (Matthew 25:46 )
“Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini.” (Matthew 12:45 )
“Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16 : 26)
Hanya terdapat tiga kondisi setelah manusia mengalami penghakiman khusus : surga, neraka, dan api penyucian. Berikut kutipan dari Katekismus Gereja Katolik :
1022 Pada saat kematian setiap manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya dengan Kristus: entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu penyucian Bdk. Konsili Lyon: DS 857-858; Konsili Firense: DS 1304-1306; Konsili Trente: DS 1820., atau langsung masuk ke dalam kebahagiaan surgawi Bdk. Benediktus XII: DS 1000-1001; Yohanes XXII: DS 990. ataupun mengutuki diri untuk selama-lamanyaBdk. Benediktus XII: DS 1002.
Benedict XII, Benedictus Deus, January 29, 1336, Denzinger 530
We define that the souls of all the saints who have left this life soon after individual death are or will be in heaven and have eternal life; in addition we define that the souls of those dying in actual mortal sin soon after individual death descend into hell.
Council of Lyons II, 1274
We believe…that those truly penitent die in charity before they have done sufficient penance for their sins of omission and commission, their souls are cleansed after death in purgatorial or cleansing punishments; … the souls of those who have not committed any sin at all after they received holy baptism, and the souls of those who have committed sin, but have been cleansed, either while they were in the body or afterwards … are promptly taken up into heaven. The souls of those who die in mortal sin or with only original sin soon go down into hell, but there they will receive different punishments. (Denzinger 464)
Hal ini juga ditegaskan dalam Katekismus Gereja Katolik :
1013 Kematian adalah titik akhir penziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir. ”Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada “reinkarnasi”.
Katekismus diatas menjelaskan bahwa selama manusia hidup, ia diberikan rahmat dan belas kasihan oleh Allah. Tujuannya ialah agar ia hidup sesuai rencana Allah dan dengan demikian dapat bersatu dengan Allah dan masuk dalam kebahagiaan di surga. Dengan demikian, reinkarnasi tidak diperlukan lagi karena sepanjang hidup manusia selalu diberikan rahmat, dan manusia sendirilah yang bisa menentukan untuk menerima atau menolak rahmat tersebut, seperti yang dijelaskan Katekismus berikut :
1021 Kematian mengakhiri kehidupan manusia, masa padanya, ia dapat menerima atau menolak rahmat ilahi yang diwahyukan di dalam KristusBdk. 2 Tim 1:9-10.. Perjanjian Baru berbicara mengenai pengadilan, terutama dalam hubungan dengan pertemuan definitif dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua. Tetapi berulang kali ia juga mengatakan bahwa setiap orang langsung sesudah kematiannya diganjari sesuai dengan pekerjaan dan imannya. Perumpamaan tentang Lasarus yang miskin Bdk. Luk 16:22. dan kata-kata yang Kristus sampaikan di salib kepada penyamun yang baik Bdk. Luk 23:43., demikian juga teks-teks lain dalam Perjanjian Baru Bdk. 2 Kor 5:8; Flp 1:23; Ibr 9:27; 12:23., berbicara tentang nasib tetap bagi jiwa Bdk. Mat 16:26., yang dapat berbeda-beda untuk masing-masing manusia.
Tulisan Bapa Gereja yang Menolak Reinkarnasi
Berdasarkan definisi dari Romo Hardon diatas, kita bisa melihat bahwa ajaran tersebut tidak ada dalam Kitab Suci. Bahkan Bapa Gereja pun menolak ajaran tersebut. Berikut ini adalah kutipan dari Bapa Gereja :
Irenaeus
“We may undermine [the Hellenists’] doctrine as to transmigration from body to body by this fact—that souls remember nothing whatever of the events which took place in their previous states of existence. For if they were sent forth with this object, that they should have experience of every kind of action, they must of necessity retain a remembrance of those things which have been previously accomplished, that they might fill up those in which they were still deficient, and not by always hovering, without intermission, through the same pursuits, spend their labor wretchedly in vain. . . . With reference to these objections, Plato . . . attempted no kind of proof, but simply replied dogmatically that when souls enter into this life they are caused to drink of oblivion by that demon who watches their entrance, before they effect an entrance into the bodies. It escaped him that he fell into another, greater perplexity. For if the cup of oblivion, after it has been drunk, can obliterate the memory of all the deeds that have been done, how, O Plato, do you obtain the knowledge of this fact . . . ?” (Against Heresies 2:33:1–2 [A.D. 189]).
Tertullian
“Come now, if some philosopher affirms, as Laberius holds, following an opinion of Pythagoras, that a man may have his origin from a mule, a serpent from a woman, and with skill of speech twists every argument to prove his view, will he not gain an acceptance for it [among the pagans], and work in some conviction that on account of this, they should abstain from eating animal food? May anyone have the persuasion that he should abstain, lest, by chance, in his beef he eats some ancestor of his? But if a Christian promises the return of a man from a man, and the very actual Gaius [resurrected] from Gaius . . . they will not . . . grant him a hearing. If there is any ground for the moving to and fro of human souls into different bodies, why may they not return to the very matter they have left . . . ?” (Apology 48 [A.D. 197]).
Origen
“If the doctrine [of reincarnation] was widely current, ought not John to have hesitated to pronounce upon it, lest his soul had actually been in Elijah? And here our churchman will appeal to history, and will bid his antagonists [to] ask experts of the secret doctrines of the Hebrews if they do really entertain such a belief. For if it should appear that they do not, then the argument based on that supposition is shown to be quite baseless”(ibid.).
Ambrose of Milan
“It is a cause for wonder that though they [the heathen] . . . say that souls pass and migrate into other bodies. . . . But let those who have not been taught doubt [the resurrection]. For us who have read the law, the prophets, the apostles, and the gospel, it is not lawful to doubt” (Belief in the Resurrection 65–66 [A.D. 380]).
Anda mengatakan bahwa definisi anda tentang reinkarnasi adalah sebagai berikut :
Reinkarnasi adalah kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh TUHAN kepada manusia-jiwa untuk menemukan kesadaran akan jati-dirinya dan menerima kebenaran dan penebusan Kristus.
Namun sejak masa Gereja perdana, tidak ada umat kristen yang mengakui reinkarnasi seperti yang anda katakan. Apa yang anda kemukakan tentang reinkarnasi tidak memiliki dasar biblis dan tradisi. Apabila reinkarnasi seperti yang anda katakan itu memang kebenaran, maka Roh Kudus telah membiarkan umat-Nya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Tapi apakah mungkin Roh Kudus membiarkan hal ini, sedangkan dikatakan “Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13)”? Jelas tidak mungkin Roh Kudus membiarkan umatnya berada dalam kesalahan selama 2000 tahun. Jadi, reinkarnasi yang anda katakan sama sekali bukan ajaran yang berasal dari Allah, dan bukan ajaran yang diimani oleh umat kristen perdana hingga sekarang.

2. Kanonisasi Kitab Suci. Mengapa Katolik Menolak Ajaran yang Didasarkan pada The Secret Teachings of Jesus dan Kitab2 Apokrif

Yesus mendirikan Gereja-Nya diatas Petrus, dan Ia berjanji (dalam Mat 16 : 18) bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja. Kitab Suci (dalam 1 Timotius 3 : 15) berkata bahwa Gereja adalah pilar dan dasar kebenaran. Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13), termasuk juga membimbing Gereja dalam menentukan jumlah alkitab yang diinspirasi Roh Kudus.
Pada jaman Gereja Perdana terdapat tiga kategori dari tulisan-tulisan yang beredar : kitab yang diakui sebagai kanonis, kitab yang diperdebatkan atau menimbulkan kontroversi, serta kitab yang dideklarasikan sebagai kitab palsu. Berikut ini sedikit penjelasan tentang ketiga kategori tersebut tanpa harus masuk ke dalam penjelasan yang mendetail.
(i) Before the collection of New Testament books was finally settled at the Council of Carthage, 397, we find that there were three distinct classes into which the Christian writings were divided. This we know (and every scholar admits it) from the works of early Christian writers like Eusebius, Jerome, Epiphanius, and a whole host of others that we could name. These classes were
(I) the books ‘acknowledged’ as Canonical
(2) books ‘disputed’ or ‘controverted’,
(3) books declared ‘spurious’ or false.
Lastly (3) there was a class of books floating about before 397 A.D., which were never acknowledged as of any value in the Church, nor treated as having Apostolic authority, seeing that they were obviously spurious and false, full of absurd fables, superstitions, puerilities, and stories and miracles of Our Lord and His Apostles which made them a laughing-stock to the world. Of these some have survived, and we have them today, to let us see what stamp of writing they were; most have perished. But we know the names of about 50 Gospels (such as the Gospel of James, the Gospel of Thomas, and the like), about 22 Acts (like the Acts of Pilate, Acts of Paul and Thecla, and others), and a smaller number of Epistles and Apocalypses. These were condemned and rejected wholesale as ‘Apocrypha’—that is, false, spurious, uncanonical.
Saya ingin menyoroti kategori ketiga. Kitab yang masuk dalam kategori ketiga diaktakan sebagai kitab yang tidak memiliki otoritas apostolik, merupakan kitab yang palsu, penuh takhayul, dsb. Kitab tersebut ditolak dan masuk dalam kategori apokripa, yaitu kitab palsu, tidak kanonis. Nah, salah satu yang termasuk dalam kategori ini adalah Injil Thomas yang kemudian anda kutip untuk mendukung penjelasan tentang reinkarnasi.
Mungkinkah Bapa Gereja melakukan kekeliruan seperti yang anda katakan? Jawabannya tidak mungkin. Mengapa? Karena mereka adalah saksi yang hidup belum lama setelah kenaikan Kristus ke surga. Mereka masih bisa mengetahui mana yang merupakan ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul dan penerusnya, dan mana yang bukan. Kredibilitas mereka bisa dipercaya. Justru sebaliknya, bila mereka keliru, maka perkataan kitab suci yang ini “Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13)” dan ini “Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman(Mat 28:20)” menjadi tidak berarti. Mungkinkah Yesus yang adalah Tuhan membiarkan kesalahan ini sampai ribuan tahun? Sungguh tidak masuk akal.
Bapa Gereja tentu saja harus memilih kitab mana yang berisi ajaran yang benar-benar sesuai dengan ajaran Yesus Kristus dan menolak ajaran yang tidak sesuai.  Mengapa? Karena pada jaman itu, ada banyak kitab-kitab lain yang beredar yang mengklaim bahwa di dalam kitab itu terdapat ajaran Yesus yang diteruskan oleh para rasul dan penerusnya yang sebenarnya, padahal kitab tersebut tidak berasal dari para rasul dan didalamnya terdapat ajaran-ajaran sesat seperti ajaran gnostik.
Pada akhirnya, adalah hasil keputusan Konsili Carthage yang mengkanonkan alkitab secara lengkap.
Where We Got The Bible
Chapter IV. Catholic Church Compiles the New Testament
(iii) Here, as I said before, comes in the Council of Carthage, 397 A.D., confirming and approving the decrees of a previous Council (Hippo, 393 A.D.) declaring, for all time to come, what was the exact collection of sacred writings thenceforth to be reckoned, to the exclusion of all others, as the inspired Scripture of the New Testament.That collection is precisely that which Catholics possess at this day in their Douai Bible. That decree of Carthage was never changed. It was sent to Rome for confirmation.
Gereja Katoliklah yang memang harus menentukan kitab mana yang diinspirasi Roh Kudus, mana yang bukan. Mana yang asli, dan mana yang palsu; kitab mana yang apostolik dan bukan apostolik. Dibawah bimbingan Roh Kudus, maka Gereja bisa menentukan kitab mana yang memuat ajaran yang benar dan mana yang salah.
Jadi, alasan mengapa umat katolik menolak reinkarnasi dan “The dead sea scrolls” adalah sebagai berikut :
1. Reinkarnasi bukan ajaran yang diimani umat kristen perdana, ditolak oleh Bapa Gereja, dan tidak memiliki landasan biblis.
2. Saudara Pius mendasarkan reinkarnasi pada catatan injil thomas dan catatan lainnya, dimana semua catatan ini bukanlah termasuk alkitab yang dikanonkan oleh Gereja Katolik. Tulisan2 tersebut bukanlah tulisan yang diinspirasi oleh Roh Kudus, bahkan didalamnya juga terkandung ajaran sesat seperti gnostisisme.
PS
Tahu kah anda bahwa Injil Thomas, paling awal ditulis pada 200AD saat sang rasul sudah mati? Atau, tahukah anda bahwa ayat terakhir (ayat 114) dari Injil Thomas berbunyi:
114. Shimon Kefa says to them: Let Mariam depart from among us, for women are not worthy of the life.¹ || Yeshua says: Behold, I myself shall inspire° her so that I make her male, in order that she also shall become a living spirit like you males.² For every female who becomes male, shall enter the Sovereignty of the Heavens. 
114. Simon Kefas [Petrus] berkata kepada mereka: Biarlah Maria pergi dari kita, karena wanita tidak layak akan kehidupan.¹ || Yesus berkata: Lihatlah, aku sendiri akan mengilhami° dirinya [ie. Maria] sehingga akan membuatnya menjadi laki-laki, supaya dia juga menjadi roh yang hidup seperti kalian para laki-laki.² Karena setiap wanita yang menjadi laki-laki akan masuk kedalam Kedaulatan Surga.

3. Mengapa Allah membunuh Bayi

Kota-kota pagan kuno merupakan pusat komunitas agama. Orang-orang seperti Hehites, Amorit, Chaanites, dst) dan khussnya Amalakites merupakan musuh Israel. Ini berarti bahwa mereka melayani Setan lebih daripada bangsa lain di bumu ini.
Nah, orang-orang ini diserahkan kepada setan dan iblis-iblisnya. Iblis bisa memiliki  atau merasuki anak-anak dan binatang.
Lalu keluarlah setan-setan itu dari orang itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau lalu mati lemas. (Lukas 8 : 33)
Allah memerintahkan untuk membunuh anak-anak dan binatang karena pria, wanita, dan anak-anak dirasuki oleh iblis. Tidaklah pantas bagi Israel untuk mengadopsi anak yang kerasukan iblis dan juga ternak. Orang-orang pagan ini mengkonsekrasikan anak-anak dan ternak kepada Baal yang adalah iblis. Sangat mungkin bahwa anak-anak tersebut akan memiliki masalah spiritual, karena mereka telah diserahkan kepada iblis agar orang tua mereka memuja iblis.
Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. (Mazmur 96 : 5)
Bukanlah hal yang mengejutkan kita bahwa setan dan iblis fokus pada orang-orang malang ini, karena iblis tahu bahwa Allah menghendaki Israel untuk tinggal di Tanah Terjanji dan akhirnya Kristus akan lahir, wafat, dan bangkit di tanah ini. Jadi setan bekerja untuk meracuni penduduk menentang Allah yang sejati dan Israel umat-Nya. Inilah mengapa bangsa Canaanite menyerang Israel. Mereka menyerang Allah.
Singkatnya, merupakan hal yang rahim bahwa anak-anak ini dibunuh oleh Israel. Jika mereka tumbuh dewasa, mereka akan menjadi penyembah iblis dan akan masuk ke dalam neraka. Jika mereka dibunuh, mereka akan pergi ke limbo dimana mereka bisa menikmati kebahagiaan alami. (Sumber)

4. Tanggapan Terhadap Beberapa Pertanyaan

#Jadi semua pertanyaan anda sudah terjawab dengan baik. Dan apa yang anda sebut sebagai kontradiksi sebenarnya sama sekali bukanlah kontradiksi. Reinkarnasi bukanlah jalan keluar dari empat pertanyaan yang anda ajukan.#
Saudara Cornelius,
Terima kasih anda telah menjawab dengan baik.
Saya mengakui, semua jawaban anda mempunyai alasan biblis, dan saya tidak akan menyalahkan anda. Yang menjadi pertanyaan saya, Apakah semua ayat itu harus ditafsirkan demikian? Pencarian saya adalah untuk menemukan TUHAN yang sungguh baik, tanpa sedikitpun melekat atribut ketidakbaikan, baik tersirat ataupun tersurat. Bagi saya, jawaban anda tidak mampu memenuhi syarat pencarian saya.
Sayang sekali anda hanya mengatakan bahwa jawaban saya “tidak mampu memenuhi syarat pencarian saya” tanpa menunjukkan mengapa  jawaban dan argumentasi yang saya berikan keliru ataupun  tidak sesuai dengan pemikiran anda.
Anda mengatakan “Apakah semua ayat itu harus ditafsirkan demikian?”. Ayat yang mana yang anda maksud? Kalau yang anda maksud adalah empat pertanyaan yang anda ajukan, maka jawabannya adalah YA HARUS DITAFSIRKAN DEMIKIAN.
Yesus dan tulisan Bapa Gereja menolak reinkarnasi, sedangkan tulisan yang anda kutip mendukung reinkarnasi. Nah, manakah yang benar? Silakan pergunakan akal budi anda untuk menilai.
Beberapakali anda mengisyaratkan tentang keadilan TUHAN. Dalam pandangan saya, keadilan selalu berhubungan dengan penghukuman. Saya sudah meninggalkan faham keadilan, bergeser kepada faham kebaikan atau kasih. Inilah yang saya tulis didalam buku-kedua saya:
Allah Yang Maha Adil. Pemahaman awal saya, Allah selalu melihat kepada ciptaan-Nya dan bersiap untuk segera bertindak dalam keadilan-Nya yang tidak terbantah, atau, Dia mencatat dan memperhitungkannya di dalam pengadilan akhir manusia. Pemahaman saya sekarang, atribut ini harus ditanggalkan sebab Allah tidak pernah mengadili, Allah tidak pernah menghukum, sesungguhnya manusia telah melempar dirinya ke dalam penghukuman dan kini dalam ketidaktahuan tengah menghukum dirinya sendiri dengan apa yang dia perbuat. Keadilan adalah pemikiran oleh ketidakbenaran, tentang apa yang mereka pandang sebagai sesuatu yang baik dan seharusnya.
Ini saya kutipkan dari katolisitas.org, pemahaman tentang Allah yang adil berdasarkan kitab suci :
Tuhan Maha Adil, artinya Tuhan menghargai semua kebaikan dan menghukum semua perbuatan jahat. Keadilan Tuhan identik dengan kebaikan-Nya. Engkau adil, ya Tuhan dan hukum-hukum-Mu benar (Mzm 119:137).
a. Sebagian hukuman dan penghargaan Tuhan diberikan kepada manusia di dunia ini, namun terutama setelah kematian. Abraham, Nuh dan Yusuf diberi penghargaan di dunia; Absolom, Antiokhus Epifanes menerima hukuman di dunia ini. Tetapi di kehidupan yang akan datang, terutama setelah kebangkitan badan, setiap tubuh dan jiwa menerima semua balasan-Nya dengan penuh.
b. Tuhan menghargai perbuatan baik yang terkecil, dan menghukum dosa yang terkecil. Bahkan secangkir minum yang diberikan atas nama Tuhan akan dihargai, namun juga setiap kata- kata yang sia- sia akan diperhitungkan (lih. Mat 7:36)
c. Tuhan menghukum manusia, umumnya dengan cara yang sama di mana ia berdosa. Absolom berbangga dengan rambutnya, dan karena rambutnya ia wafat. Raja Antiokhus menyiksa ketujuh bersaudara Makabe dengan mengoyakkan tubuh mereka; namun tubuhnya sendiri kemudian dimakan ulat (lih. 2 Mak 9:6).
d. Dalam memberi penghargaan dan menghukum,Tuhan memperhatikan keadaan tiap-tiap orang, maksud hatinya dan bakatnya. Tuhan melihat hati (lih. 1Sam 16:7). Persembahan janda miskin jauh lebih berharga daripada persembahan orang- orang kaya (lih. Luk 21:4). Hamba yang mengetahui kehendak tuannya namun tidak melakukannya menerima lebih banyak pukulan daripada yang tidak mengetahuinya (lih. Luk 12:47-48).
e. Tuhan tidak memakai patokan manusia dalam menyatakan keadilan-Nya. Yang terakhir akan menjadi yang terdahulu, orang yang miskin mendahului yang kaya, orang yang terkenal di dunia belum tentu tercatat namanya di kitab kehidupan.
Karena Tuhan Maha Adil, maka kita mempunyai alasan untuk takut akan Tuhan, namun takut di sini maksudnya bukan semata takut akan hukuman Tuhan, tetapi takut menyakiti hati Tuhan. Takut akan Tuhan akan membuat kita menghindari dosa dan menghantar kita kepada kesempurnaan. “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.”(Mzm 112:1). Takut akan Tuhan merupakan rahmat istimewa yang diberikan kepada mereka yang mengasihi Dia.
I.1)a) Tentang Yudas Iskariot
YOH 6:20 “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis.”
#Harus diperjelas bahwa Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Allah menentukan manusia untuk MASUK KE NERAKA. Kitab Suci sendiri mengatakan :
1 Tim 2: 4 Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.#
Saya setuju dengan pernyataan anda, itu juga yang menjadi keyakinan saya. Karena itulah, YOH 6:20 memerlukan alasan, dan alasan itu saya temukan ketika saya mengenal reinkarnasi yang membuka peluang untuk mengidentifikasi bahwa Yudas Iskariot memang pantas disebut demikian (ada dalam buku-pertama). Tentang 1TIM 2:4, Apakah definisi saya tentang reinkarnasi bertentangan dengan 1TIM 2:4?
Jelas bertentangan, karena bagi anda jiwa manusia bisa masuk ke dalam tubuh yang lain di kehidupan mendatang, padahal setelah manusia mati, ia akan masuk entah ke surga, api penyucian ataupun neraka. Tidak ada reinkarnasi. Silakan anda membaca kembali tulisan saya sebelumnya.
Jadi Yudas Iskariot tidak akan mengalami reinkarnasi, melainkan jiwanya akan masuk ke dalam neraka.
Tolong jangan katakan “Karena mereka fasik maka TUHAN mengeraskan hati mereka.” karena saya akan bertanya lebih lanjut, “Bukankah semua itu telah dirancangkan sejak ratusan tahun?”
Berikut ini adalah komentar dari Romo Haydock terhadap ayat tersebut :
Ver. 20. Hardened. This hardening of their hearts, was their having no thought of yielding or submitting: which was a sentence or judgment of God upon them, in punishment of their enormous crimes. (Challoner) — God might indeed by his all-powerful grace have changed their hearts, but their crimes caused him to withhold that grace; and thus they were suffered to shut their eyes to their true interest. (Calmet) — They alone therefore were the cause of their own obduracy, which God only did not prevent, Exodus vii. (Worthington)
Allah tentu bisa mengubah hati mereka dengan rahmat-Nya, namun kejahatan merekalah yang membuat Allah menahan rahmat-Nya untuk mereka. Mereka sendirilah yang menyebabkan sikap keras kepalanya, yang tidak dicegah oleh Allah. Jadi kekerasan hati mereka adalah karena mereka sendiri, bukan karena Allah.
#Yesus mendirikan Gereja-Nya diatas Petrus, dan Ia berjanji (dalam Mat 16 : 18) bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja. Kitab Suci (dalam 1 Timotius 3 : 15) berkata bahwa Gereja adalah pilar dan dasar kebenaran. Roh Kebenaran akan membimbing Gereja dalam semua kebenaran (Yoh 16 : 13).#
Saya mengakui kebenaran kutipan anda. Menjadi pertanyaan adalah:
(1)   Apakah Yoh 16:13 sudah selesai atau masih terus berlangsung. Kalau masih terus berlangsung apakah dibatasi bahwa bimbingan itu menjadi monopoli dari institusi Gereja?
Masih berlangsung. “Aku menyertai kamu sampai akhir zaman (Mat 28 : 20)”. Tentu saja Gereja yang dimaksud bukanlah anda, anda bukan Gereja. Yesus tidak mendirikan Gereja diatas anda, melainkan diatas batu karang yang adalah Petrus (Mat 16 : 18), dan Petrus beserta penerusnya dan para uskup adalah pemimpin Gereja perdana, kepada merekalah dipercayakan pengajaran yang tidak dapat salah, yang dibimbing oleh Roh Kudus. Silakan anda membaca artikel ini :  Benarkah Yesus tidak mendirikan agama?
(2)   Apakah Gereja harus didefinisikan sebagai “seperti yang diajarkan oleh Gereja Katolik saat ini”, sebab dalam pengertian saya, saya adalah juga Gereja, anggota Gereja Kristus (entah sebagai kaki, tangan, atau kepala, atau hanya jempol kaki), sebab ada tertulis ‘dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: “Yesus adalah Tuhan”, selain oleh Roh Kudus.‘ (I KOR 12:3)
Umat katolik memang anggota Gereja, tapi mereka yang menganut ajaran yang berbeda dari apa yang diajarkan Gereja Universal tidak bisa mengklaim sebagai Gereja.
Saya pernah menjadi anak Katolik, kemudian menjadi remaja atheis, kemudian, inilah saya saat ini. Saya mengenal Yesus mula-mula melalui iman kepada pengajaran institusi Gereja, pergulatan iman saya telah membawa saya untuk sekarang ini percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah dalam kesatuan dengan Bapa dan Roh Kudus. Saya percaya bahwa saya tidak akan mungkin sampai di dalam kepercayaan saya saat ini kalau saya tidak dituntun oleh Roh Kudus, Roh Kebenaran! Saya memenuhi kebenaran IKOR 12:3, dan memenuhi kebenaran “jalan naik” (seperti saya sebut diatas), yaitu membuka diri untuk kembali dibimbing oleh Roh Kudus.
Roh Kudus tidak akan membuat orang untuk mempercayai reinkarnasi, dan mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan ajaran Kitab Suci, Bapa Gereja dan Magisterium
(3) MAT 16:17 “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.” Saya berbahagia dalam apa yang Bapa nyatakan kepada saya, dan saya ingin berbagi luapan kebahagian saya.
Ayat kitab suci untuk anda :
2 Kor 11 : 4 :”Iblis pun dapat menyamar sebagai malaikat terang”1
Yoh 4 : 1 :”Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi palsu yang muncul dan pergi ke seluruh dunia”
Konsili Nikea
Konsili Carthage (397). Konsili Nikea (325), memang belum definitif, tapi permulaan. Saya tidak mencari definitif, saya mengidentifikasi permulaan. Maaf kepada Ellain Pagels, disebabkan oleh kesalahan saya Anda dinilai tidak kredibel.
Mari kita lihat kronologis tulisan anda :
Anda mengatakan “Ahli sejarah Ellain Pagels dalam Beyond Belief, mengungkap banyak hal sekitar konsili Nikea dan proses sesudahnya. Konsili Nikea adalah awal dimilikinya Alkitab yang satu dan seragam;”
Perhatikan pada kalimat “Konsili Nikea adalah awal dimilikinya Alkitab yang satu dan seragam;”.
Seperti yang sudah saya katakan, konsili Nikea bukanlah awal dimilikinya alkitab yang satu dan seragam, melainkan KONSILI KARTAGE LAH MERUPAKAN AWAL DIMANA UMAT KATOLIK MEMILIKI ALKITAB YANG LENGKAP, dimana konsili tersebut menegaskan keputusan sebelumnya dari konsili Hippo.
Seharusnya sudah menjadi jelas bahwa apa yang anda cari adalah permulaan dimilikinya alkitab yang satu dan seragam, dan permulaan itu dimulai bukan dari konsili Nikea. Jadi, sayang sekali bahwa referensi anda keliru dan tidak kredibel dalam menjelaskan sejarah terbentuknya kitab suci.
#Tuhan memang mengijinkan setan untuk menggoda manusia yang masih hidup di dunia ini.  Dst. #
Saya berpendapat bahwa manusia tidak perlu dibujuk untuk berbuat dosa. Persepsi dan keinginan manusia telah membawa manusia berada dalam kubangan dosa.
Tapi faktanya setan ada, dan ia akan menggoda manusia untuk membuat manusia berpaling dari Allah. Persepsi dan keinginan belum tentu membawa seseorang ke dalam dosa, asalkan kedua hal tersebut bisa diarahkan kepada kebaikan dan dihindarkan kepada dosa.
Inilah yang saya tulis dalam buku-kedua,
Gereja hirarki mengajak kita umatnya untuk mengenal banyak macam dosa dan kita juga diajak untuk waspada dan menghindari dosa, juga kita diajak untuk selalu menyesali dosa-dosa kita. Kita bahkan diajak untuk bisa membedakan dosa kecil dan dosa besar. Karena pengajaran itu banyak umat yang hidupnya terbelokkan sehingga berfokus hanya untuk menghindarkan diri dari berbuat dosa, dan banyak yang berpikir bahwa dengan tidak berbuat dosa dia telah menjadi suci, pikiran mereka tertuju kepada hukum dan bukan kepada kebenaran. Di sisi lain, ada umat yang ketika merasa berdosa kemudian sangat tertekan oleh perasaan bersalah dan kehilangan daya untuk bertumbuh secara positif.
Dari hasil pencarian, saya sekarang menilai bahwa apa yang banyak ditekankan oleh hirarki Gereja adalah tidak lebih dari sekedar dosa-dosa sosial, sementara dosa utama tinggal kurang tersentuh yaitu apa yang Tuhan Yesus ingatkan dalam YOH 8:24 ‘sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu‘.
Pemahaman seperti ini tidak akan muncul bila anda memahami dengan baik apa yang diajarkan Gereja. Silakan anda membaca artikel Dosa dan Sakramen Tobat (penjelasan oleh DeusVult). Selain menghindari dosa, kita juga berusaha untuk mengupayakan kekudusan hidup. Silakan baca ini : Apa itu Kekudusan?
Berikut ini komentar Yoh 8 : 24 dari Romo Cornelius A Lapide :
Ver. 24.—Isaid therefore unto you, that ye shall die in your sins. The sin of unbelief, and all your other sins, for there is no forgiveness of sin, save through faith in Christ, whom ye reject.
For if ye believe not that I am the Saviour of the world, as I constantly affirm and prove also by so many miracles. So Lyra. But S. Augustine, Bede, and Toletus more ingeniously: “Because I am that I ami.e., God.” But Rupertus thus subtilly: “Because I am from above.” Ye shall die in your sins,because there is no one but Myself, whom ye despise, who can pardon and take away sin.
Yang ingin dikatakan hanya bila manusia tidak mempercayai Yesus, maka seseorang akan mati dalam dosanya, karena ia tidak bisa menerima pengampunan. Ini merupakan dosa ketikdapercayaan. Pengampunan dosa diterima melalui iman akan Kristus, yang kemudian melalui sakramen tobat, imam mengampuni dosa-dosa manusia. Silakan baca juga penjelasan tentang dosa berat dan dosa ringan dari link diatas.
#1. Kalau reinkarnasi memang bertujuan agar manusia dituntut hidup baik di kehidupan selanjutnya, bagaimana ia bisa tahu bahwa ia dituntut untuk hidup baik bila sebelumnya ia tidak ingat apa saja yang terjadi dalam kehidupan sebelumnya? Bagaimana ia bisa memahami bahwa kehidupan sekarang adalah kesempatan untuk memperbaiki kehidupan sebelumnya?#
Ini adalah beberapa kata kunci yang saya peroleh dari Catatan Rahasia Yohanes: BENIH TERANG, selalu mencari, belenggu ketidakingatan.
Fakta bahwa ia tidak tahu menunjukkan bahwa manusia tidak akan bisa memahami kehidupan mendatang adalah untuk memperbaiki kehidupan sebelumnya. Jadi reinkarnasi yang terus berulang sama sekali tidak ada gunanya tanpa mengetahui apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya.
#2. Ada juga yang berpendapat bahwa jiwa manusia bisa masuk ke dalam binatang ataupun tumbuhan. Nah, bila memang benar demikian bagaimana manusia bisa memperbaiki kehidupannya, sedangkan bila ia bereinkarnasi menjadi hewan atau binatang, otomatis ia tidak akan bisa berprilaku seperti manusia?#
Saya tidak mengiyakan atau menolak reinkarnasi ke badan binatang, karena saya tidak tahu. Ttetapi, Bagaimana anda mengenali tanggungjawab orang idiot, debil, otak dan emosinya tidak berkembang?Bagaimana anda mengenali tanggungjawab orang yang hidup terisolasi dari mengenal kebenaran?
Orang yang idiot dan orang yang hidup terpencil akan dihakimi sesuai dengan keterbatasan mereka. Ataukah Allah tidak bisa menghakimi secara adil orang-orang seperti ini? Apakah Allah tidak tahu isi hati manusia?
Jeremiah 17:10
10* “I the LORD search the mind and try the heart, to give to every man according to his ways, according to the fruit of his doings.”
Revelation 2:23
23* and I will strike her children dead. And all the churches shall know that I am he who searches mind and heart, and I will give to each of you as your works deserve.
Yeremia 17:10
Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Wahyu 2:23
Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.
#3. Reinkarnasi yang terjadi secara terus-menerus dan karenanya manusia dituntut untuk hidup baik merupakan sebuah ajaran yang menyangkal keberadaan neraka. Sedangkan kitab suci sendiri menyatakan dengan jelas bahwa neraka itu ada (dan nerka digambarkan sebagai api yang tak akan padam, api abadi) :# …. api ….
Banyak ayat perlu dibaca bukan dari yang tersurat tetapi juga yang tersirat, atau maknanya yang tersembunyi. Ini adalah kutipan tentang api yang ada dalam Catatan Thomas,
(4:10) “Api ini telah membelenggu orang-orang ini dengan rantainya, dan mengikat semua anggota tubuh mereka dengan ikatan keinginan pahit untuk hal-hal yang kelihatan, yang akan berubah, dan membusuk, dan berubah-ubah sesuai dorongan hati. Orang seperti itu selalu diseret ke bawah. Ketika mereka mati, mereka bergabung dengan semua binatang yang dekil.”
(4:17) “Kemudian api yang dilihatnya akan membuat mereka menderita, disebabkan oleh kecintaan mereka atas kepercayaan yang pernah mereka punyai. Mereka akan dikembalikan kepada dunia yang kelihatan
Dengan referensi kepada The Secret Teachings of Jesus, terlebih Catatan Thomas dan Catatan Rahasia Yohanes, saya sampai kepada pengertian bahwa yang dimaksud dengan api adalah keinginan / nafsu rendah. Saya memandang bahwa hidup manusia ini adalah api pencucian (atau pencucian api) dan juga neraka, dan saya tidak ingin berada di dalamnya menjalani reinkarnasi yang tidak berkesudahan / abadi.
Catatan Thomas dan Catatan Rahasia Yohanes bukanlah tulisan yang diinspirasi Roh Kudus.
Siapakah yang menciptakan api? Saya tidak akan menuliskannya.
#Mat 25 : 46 “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”#
Bagi saya reinkarnasi bukanlah tujuan. Bagi saya hidup ini adalah neraka. Reinkarnasi tiada henti sama arti dengan berada terus di neraka, tempat siksaan yang kekal. Saya menemukan kesadaran akan keberadaan saya dan dalam tuntunan Roh Kudus saya memadamkan “api” itu. Saya menemukan dan hanya mengandalkan rahmat penebusan Kristus sebagai jalan keluar, meninggalkan keharusan untuk reinkarnasi.
Sayang sekali pemahaman anda tidak didukung oleh ayat kitab suci, yang merupakan tulisan yang diinspirasi Roh Kudus, yang dikanonisasi oleh Gereja Katolik yang didirikan Yesus, dimana Gereja tersebut akan selalu dinaungi Roh Kudus untuk mengajarkan kebenaran.
#Mark 9 : 43-44 : 43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.)#
Saya lebih tertarik untuk bertanya, Pada kebangkitan badan, apakah kudungan-tangan itu akan ikut dibangkitkan atau tetap dibuang?
Ini irelevan. Kalau Yesus mengajarkan reinkarnasi, mengapa ia tidak mengatakan “Jangan takut bila tanganmu menyesatkanmu, kamu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidupmu di kehidupan mendatang”. Mengapa Yesus mengatakan untuk memotong kedua tangan bila tangan itu menyesatkan, untuk menghindari neraka? Keduanya bertentangan, namun merupakan ajaran Yesus. Jadi, mana yang benar?
#4. Bila reinkarnasi benar terjadi, bagaimana mungkin populasi penduduk bisa bertambah jumlahnya? Sebagai contoh, katakanlah populas penduduk di akhir tahun 1900-an adalah 2 miliar, sedangkan populasi sekarang sekitar 7 miliar. Jika jiwa 7 miliar ini pernah mengalami kehidupan di masa lalu,  dari mana asalnya populasi 5 miliar lainnya?#
Saya tidak pernah mengatakan bahwa reinkarnasi berarti tidak ada jiwa baru. Saya tidak pusing dengan bertambahnya jiwa, saya hanya sangat berempati kepada penderitaan jiwa-jiwa (baca nanti di dalam blog saya “Empati Kepada Jiwa-Jiwa yang Tangguh”). Ini adalah kutipan dari
Catatan Rahasia Yohanes,
(14:18) Aku berkata, “Tuhan, bagaimana mungkin jiwa menjadi kelihatan muda lagi, dan kembali ke dalam kandungan Ibu, atau menjadi Manusia?”
(14:19-20) Ia gembira ketika aku bertanya tentang ini, dan ia berkata kepada ku, “Sungguh diberkatilah kamu, karena kamu memahami. Jiwa ini harus mengikuti jiwa lain yang di dalam mana Roh Kehidupan tinggal bersama, sebab dia diselamatkan melalui Roh itu. Kemudian dia tidak akan pernah masuk ke daging lagi.”
II.3 Di abad 21 ini, dst
Oke, jadi ada penambahan jiwa baru. Kalau begitu :
1. Kapan jiwa baru dibuat? Apakah saat ada orang yang masuk surga baru kemudian Allah menciptakan jiwa baru? Atau… bagaimana?
2. Kedua, pada masa perang besar dan pada masa wabah penyakit (seperti the Black Plague di Eropa) jumlah orang yang mati lebih banyak dari orang yang lahir. Lalu mau kemana jiwa-jiwa itu?
3. Berdasarkan definisi anda tentang reinkarnasi :
Reinkarnasi adalah kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh TUHAN kepada manusia-jiwa untuk menemukan kesadaran akan jati-dirinya dan menerima kebenaran dan penebusan Kristus.
Anda mengatakan bahwa reinkarnasi hanya kepada manusia (secara implisit, anda menolak reinkarnas ke binatang ataupun tumbuhan, toh mereka tidak akan bisa menemukan kesadarana akan jati dirinya dan menerima kebenarn dan penebusan Kristus.) Sedangkan reinkarnasi Buddha dan Hindu mengajarkan reinkarnasi ke binatang. Sepertinya anda hanya berusaha untuk mencocok-cocokkan saja, padahal tidak pernah ada yang mengajarkan reinkarnasi seperti anda
#1. Apa yang dialami jiwa-jiwa tersebut hanya dialami oleh sebagian kecil orang, dan bukan merupakan sesuatu yang bersifat universal. Dan kesaksian dari segelintir orang sama sekali tidak berarti apa-apa.#
Tidak bersifat universal bukan berarti tidak ada. Kalau anda mengakui kesaksian segelintir orang berarti anda tidak bisa menjustifikasi bahwa tidak ada reinkarnasi.
Ada tidak berarti benar dan sudah merupakan suatu kebenaran objektif.
#2. Apa yang dialami jiwa-jiwa tersebut bisa saja merupakan sesuatu yang berasal dari Iblis, yang memang ingin mendistorsi dan memutar balikkan ajaran Yesus Kristus dan ajaran Gereja yang sebenarnya (Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa Gereja menolak reinkarasi).#
Terima kasih anda masih menyediakan “bisa saja”, yang berarti “mungkin juga bukan”.
Akan lebih baik bila anda bisa membuktikan bahwa pengalaman reinkarnasi tersebut tidak berasal dari setan. Sedangkan saya sendiri sudah membuktikan bahwa reinkarnasi adalah ajaran yang tidak berasal dari Yesus Kristus, dan tidak diimani oleh umat di masa Gereja perdana hingga sekarang. Reinkarnasi tidak lah pernah menjadi bagian dari ajaran Gereja Katolik sejak dulu hingga sekarang.
#3. Klaim tentang “regresi masa lalu” sering kali tidaklah ilmiah, terlalu impresif dan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Silakan baca artikel 12 Claims Every Catholic Should Be Able To Answer khususnya nomor 12#
Memberikan justifikasi berdasarkan “buruk sangka” dengan tanpa mempunyai pengalaman “berbaik sangka” berarti menutup diri terhadap kemungkinan adanya kebenaran yang mungkin tersembunyi.
Ini bukan masalah buruk sangka, melainkan adanya fakta bahwa apa yang disebut “regresi masa lalu” bukanlah hal yang ilmiah dan objektif, seperti yang sudah dijelaskan pada artikel tersebut. Sudahkah anda melihatnya dengan akal budi anda?
#4. Sebuah kebenaran tidak bisa ditentukan dari pengalaman sebagian kecil orang yang sifatnya relatif dan subjektif.#
Ketika semua telah terungkap, pengalaman yang terungkap pada sebagian kecil orang mungkin juga telah terjadi pada sebagian besar orang.
Bagian III: Reinkarnasi Yang Kristiani
“Mungkin.” Ternyata bukan kebenaran. Sayang sekali anda masih menggantungkan keyakinan anda pada sesuatu yang bahkan kebenarannya masih diragukan. Mengapa anda tidak mempercayai ajaran Gereja Katolik, yang merupakan kebenaran yang absolut dan pasti?
#1. Apa yang anda katakan tentang reinkarnasi sebenarnya merupakan pengulangan dari ajaran Plato. Plato memandang bahwa tubuh adalah penjara bagi jiwa. Menurutnya, jiwalah yang menggerakkan tubuh, seperti sopir yang mengendarai mobil.#
Saya tidak mempunyai kemewahan untuk mengenal Plato. Saya mengenal “The Secret Teachings of Jesus” yang bangkit dari kubur pada tahun 1945. Saya tidak pernah mengatakan, dan juga tidak setuju, bahwa ‘jiwa ini seperti sopir yang mengendarai mobil’.
Setidaknya ajaran tersebut memang mirip dengan plato, dan saya juga tidak heran bila anda tidak setuju bahwa “jiwa ini seperti sopir yang mengendarai mobil”, karena memang ada banyak orang yang memahami reinkarnasi dengan berbeda. Jadi, yang mana diantara kalian yang merupakan kebenarn? Ataukah semuanya merupakan kebenaran? Atau semuanya salah?
Toh kalaupun reinkarnasi adalah kebenaran, maka harus ada konsistensi diantara mereka yang mempercayai reinkarnasi.
#2. Sesuatu yang menggerakkan hal lain tidak menyebabkan hal tersebut menjadi ada. Pelaut tidak menyebabkan kapal menjadi kapal. Prinsip kehidupan atau jiwa lah yang menyebabkan tubuh menjadi tubuh yang hidup. Karenanya jiwa tidak bisa dikatakan HANYA sebagai penggerak tubuh. Jika jiwa hanya penggerak tubuh, maka tubuh tidak lain hanyalah boneka yang dikendalikan oleh jiwa.#
Saya tidak menyimpulkan, dan juga tidak setuju, bahwa “jiwa HANYA sebagai penggerak tubuh.
Lihat atas.
#3. Masalah lainnya adalah, bila kita menganggap jiwa adalah penggerak tubuh sama seperti sopir yang mengendarai/menggerakkan mobil, maka ketika sopir tersebut meninggalkan mobil, mobil tersebut tidak akan mengalami kerusakan. Sedangkan ketika jiwa meninggalkan tubuh, maka tubuh akan terkorupsi atau mengalami kerusakan/pembusukan.#
Idem no 2.
Lihat atas.
#4. Kesatuan antara jiwa dan tubuh dapat dilihat dari dua bukti. Pertama adalah korupsi atau rusaknya tubuh ketika jiwa meninggalkan tubuh. Kedua, adanya masalah-masalah mental yang dihasilkan dari masalah fisik (seseorang yang sakit parah mungkin akan mengalami depresi), dan masalah fisik yang dihasilkan dari masalah mental (contohnya : depresi berat yang menyebabkan memburuknya kondisi fisik seseorang). Jadi, jiwa bukanlah sekedar penggerak tubuh, melainkan terdapat kesatuan antara tubuh dan jiwa, dimana jiwa memberi kehidupan kepada tubuh.#
Sebaliknya, “ketidaksatuan” tubuh dengan jiwa bisa dilihat dari keabadian dan ketidak-abadian. Badan yang adalah ketidak-abadian akan membusuk, jiwa yang adalah keabadian akan melanjutkan eksistensinya.
Tapi jiwa tidak akan mengalami reinkarnasi.
#7. Lalu anda juga mengatakan “Pengenalan manusia-jiwa akan YESUS KRISTUS adalah tanda manusia-jiwa terbebas dari DOSA ASAL (yang bagi saya bermakna: dosa TIDAK MENGENAL TUHAN YANG DIATAS SEMUA; baca ulang YOH 8:24).” Sayangnya apa yang anda kemukakan disini hanyalah sesuatu yang merupakan ajaran pribadi anda, dimana anda melakukan tafsiran pribadi terhadap ajaran dosa asal. #
Saya merasa tersanjung oleh tuduhan anda bahwa itu adalah ajaran pribadi saya. Terima kasih. Sebenarnya, saya terprovokasi oleh LG 16, yang bagi saya terasa mereduksi nilai Salib dan Yoh 8:24. Tetapi tidak apa, LG 16 menjadi benar karena, oleh adanya reinkarnasi hidup mereka tidak berakhir di neraka melainkan masih mempunyai kesempatan berikut untuk sampai dengan menemukan kebenaran YOH 8:24.
Ah, banyak umat katolik memang yang sering merasa mengerti tentang Lumen Gentium 16, termasuk anda, padahal mereka sama sekali tidak memahami apa yang diajarkan Gereja tentang  dogma“Di luar Gereja tidak ada keselamatan”. Saya tidak akan membahas panjang lebar tentang hal itu disini.
#8. Ajaran tentang reinkarnasi bertentangan dengan ajaran Gereja tentang kebangkitan badan.  Tidak ada seorang pun (termasuk anda) yang berhak mengubah apa yang sudah menjadi ajaran Gereja, karena apa yang diajarkan Gereja berasal dari Allah.#
Perkenankan saya bertanya, Dimanakah para kudus (para santo dan santa) sekarang berada? Keyakinan iman kita, Mereka ada di surga. Kalau kita mungkin berkunjung ke makam dan mencoba membuka makam mereka, Apakah badan mereka telah bangkit? Dan menyatu dengan jiwa mereka di surga? Jika saja kita masih menemukan badan mereka, Apakah di surga mereka tengah menanti-nantikan kebangkitan badan yang telah mereka tinggalkan membusuk di dalam makam? Apakah mereka merasa belum lengkap karena badan mereka belum bangkit?
Badan yang membusuk itu toh masih bisa dibangkitkan Allah kembali. Pemikiran anda sungguh membatasi kuasa Allah dalam membangkitkan badan orang yang telah meninggal. Toh kalaupun mereka menantikan kebangkitan badan, bkuan berarti mereka merasa belum lengkap.
Katekismus sendiri mengatakan :
989 Kita percaya dengan pasti dan berharap dengan penuh kepercayaan: seperti Kristus telah bangkit dengan sesungguhnya dari antara orang mati dan hidup selama-lamanya, demikianlah orang-orang benar, sesudah kematiannya akan hidup untuk selama-lamanya bersama Kristus yang telah bangkit kembali dan Ia akan membangkitkan mereka pada akhir zaman Bdk. Yoh 6:39-40.. Seperti kebangkitan-Nya, demikian pula kebangkitan kita adalah karya Tritunggal Maha kudus.
“Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Yesus Kristus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Rm 8:11)Bdk. 1 Tes 4:14; 1 Kor 6:14; 2 Kor 4:14; Flp 3:10-11.
997 Apa artinya “bangkit”? Pada saat kematian, di mana jiwa berpisah dari badan, tubuh manusia mengalami kehancuran, sedangkan jiwanya melangkah menuju Allah dan menunggu saat, di mana ia sekali kelak akan disatukan kembali dengan tubuhnya. Dalam kemaha-kuasaan-Nya, Allah akan menganugerahkan kepada tubuh kita secara definitif kehidupan yang abadi, waktu Ia menyatukannya lagi dengan jiwa kita berkat kebangkitan Yesus.
998 Siapa akan bangkit? Semua manusia yang telah meninggal: “Mereka yang, berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang abadi, tetapi mereka yang berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:29) Bdk. Dan 12:2..
#9. St. Thomas Aquinas menjelaskan bagaimana reinkarnasi bertentangan dengan kebangkitan badan :#
idem no 8.
Tulisan di no 8 sama sekali tidak menyanggah ajaran St. Thomas Aquinass
#10. Penjelasan tentang kebangkitan badan bisa anda baca di artikel ini : Kebangkitan Badan#
idem no 8.
Silakan baca kembali penjelasan tentang Kebangkitan Badan di Katolisitas.
#Karena itu saya mengajak anda untuk mendalami iman katolik anda berdasarkan sumber-sumber otoritatif (seperti Katekismus Gereja Katolik, Ensiklik Paus, Tulisan Bapa Gereja, dst)#
Ketika usia remaja, saya telah melaksanakan anjuran anda, dan saya menjadi seorang atheis.
Anda tidaklah sungguh memahami Katekismus Gereja Katolik, Ensiklik Paus, Tulisan Bapa Gereja, dst sebagaimana yang terlihat dalam tulisan anda. Terlebih anda sendiri mengakui bahwa anda mendapatkan pengajaran dari institusi Gereja (termasuk mungkin guru agama dan imam, dimana kadang mereka mengajarkan hal yang keliru.)
Saudara Cornelius,
Apakah bayi dilahirkan dalam kebebasan untuk memilih agar tidak dilahirkan? Atau, Apakah ia terpaksa lahir atau dipaksa lahir?
Lahirnya bayi merupakan kerja sama antara kehendak bebas suami dan istri dan lahirnya bayi merupakan suatu karunia bagi keluarga yang diberikan Allah. So tidak akan ada pemahaman “terpaksa lahir” atau “dipaksa lahir”
Apakah orang mati dalam kebebasan untuk mati? Atau, Apakah ia terpaksa atau dipaksa mati?
Kematian adalah akibat dosa asal. Tidak ada orang yang dipaksa atau terpaksa mati, semua hidup manusia berada di tangan Allah. Tidak ada istilah terpaksa atau dipaksa mati. Silakan baca kutipan katekismus yang menjelaskan tentang kematian dan kebangkitan badan
Terlalu banyak hal yang tidak kita mengerti untuk bisa bertindak sebagai hakim, kecuali kita ingin menghakimi berdasar kata orang.
Terkadang, hal yang bisa dimengerti sering kali juga tidak dimengerti dengan benar.
Terima kasih atas tanggapannya, karena berkat anda saya juga bisa berbagi apa yang telah saya pelajari.
Salam,
Cornelius.



================
CATATAN oleh Pius:
Sdr Cornelius enggan meneruskan diskusi. Dua kali tanggapan saya naikkan, namun tidak dimuat dan tidak juga ditanggapi, oleh karenanya saya mengambil inisiatif untuk menyampaikannya di dalam blog ini.
================